Mohon tunggu...
Siwi W. Hadiprajitno
Siwi W. Hadiprajitno Mohon Tunggu... Freelancer - Pewarta Penjaga Heritage Nusantara.

Energy can neither be created nor destroyed; rather, it can only be transformed or transferred from one form to another.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Katumbiri

3 Juni 2021   06:43 Diperbarui: 3 Juni 2021   08:34 451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Katumbiri (diberikan langsung kepada saya oleh akun IG @herman_g91

Jemari tangan di genggaman.

Ibu beradu Ibu.

jalan raya luas membentang, panjang menghampar, menembusi bukit, sesekali melingkarinya, seringkali memeluknya, dan sesekali membelahnya. Seringkali menjembataninya. Kaki-kaki kokoh menjejak jauh di jurang, menopang jalan aspal menjulang. 

Halimun.

Halimun.

Halimun.

Jemari tangan masih di genggaman.

Riang tawaku bersambut senyum magismu.

"Kuwung," ujarku.

"Sankara!" ujarku lagi.

Kau masih tersenyum, balik bertanya,

"Bukankah kunang-kunang yang paling kau rindukan?"

Belalak mataku mengerjap. Mengiyakan. Namun saat ini ada yang merampas rinduku hingga ke tepi-tepi nadi.

Kubawa kau setengah berlari.

Mumpung jalanan sepi. Tak selintas pun kendaraan laju melintas. Kabut bagai selimut tipis yang menghela waktu.

Tiba di titik pandang lapang.

Kau dengan mata takzim yang meruang.

Jauh di seberang, lengkung sempurna pesona tujuh warna menghunjam rangkaian hutan Cikeusik.

Jemari tangan masih di genggaman, erat-lekat. Yin dan Yang.

Bisikmu perlahan,

"Sang Katumbiri sudah datang"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun