Mohon tunggu...
Sitti Rabiah
Sitti Rabiah Mohon Tunggu... Dosen - Kepala TK & Paud

Dosen S1 PAUD, Senior Childcare Teacher, Kepala TK/PAUD, Penyuluh Pembimbing Kurikulum TK/PAUD, ibu rumah tangga yang mencoba menulis. Email: sittirabiah2011@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Dari Ibu Rumah Tangga Jadi Guru & Dosen

3 April 2013   12:52 Diperbarui: 1 September 2016   12:18 1241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13649681441851087663

 

Beginilah jika sedang mengajar murid TK PADA awal tahun 2011, saya masih guru yang "gaptek" alias gagap teknologi. Jangankan menulis lewat komputer, untuk menghidupkan komputer saja belum bisa dan sering minta tolong kepada suami dan anak. 

Itu sebabnya saya jadi repot jika anak dan suami sudah berangkat kerja dan mau mematikan komputernya, saya terpaksa menelpon ke anak. 

"Nak gimana mematikan komputer ini?". 

"Kepret aja Ma pakai air", kata anak saya sambil ngeledek. 

"Eeh emangnya Mama mau mematikan kompor? He..he..". 

Nah di sinilah saya menyadari bahwa ternyata menjadi seorang guru itu tidaklah sekedar mengajar dan mendidik anak saja. Tetapi harus banyak membaca. Dengan begitu guru pada akhirnya dapat membuka jendela dunia dengan banyak dan rajin membaca. 

Semenjak jadi guru itu pula, saya dituntut banyak membaca. Yang terjadi kemudian membaca merupakan kebutuhan saya. Bahkan saya sekarang ini bisa menulis cerita ini karena banyak belajar menulis melalui membaca. 

Sekarang ini saya juga sudah bisa mengajar di salah satu perguruan tinggi swasta yang mendidik calon guru TK dan PAUD, sekaligus juga sedang menyusun tesis untuk tugas kuliah program pasca sarjana yang memaksa saya harus banyak belajar dan banyak membaca. Inilah cerita singkat saya sebelum menjadi guru.

Syukur Alhamdulillah sekarang ini saya juga mulai belajar menjadi dosen kecil-kecilan. Ya, saya berharap tulisan yang sederhana ini bisa memberikan motivasi kepada para ibu rumah tangga dan rekan guru-guru yang lain. 

**** 

SEBELUM jadi guru seperti sekarang ini, saya hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa seperti layaknya ibu rumah tangga lainnya. Setiap hari sibuk mengasuh anak, mengurus suami, mencuci, memasak, membenahi rumah dan perabotnya.

Pada suatu saat saya ingin belajar bagaimana mengasuh anak dengan baik dan secara Islami. Maklum saya terlahir dari keluarga taat beribadah dan hampir seluruhnya menyandang gelar haji. Maka dengan memberanikan diri, saya datang ke sebuah perguruan tinggi swasta, di mana perguruan tinggi ini mencetak calon guru TK (Taman Kanak-kanak) dan calon guru SD (Sekolah Dasar). 

Ketakutan timbul karena niat saya dari awal bukanlah menjadi guru, tetapi hanya sekedar ingin mendapatkan ilmu bagaimana mendidik anak yang baik dan secara Islami. Setelah mendengar informasi dan keterangan dari tata usaha perguruan tinggi tersebut, apa saja yang ilmu yang didapatkan selama kuliah, maka di sinilah saya mulai tertarik dan akhirnya mendaftarkan diri sebagai mahasiswa. 

Akhirnya saya kuliah selama satu tahun di Pendidikan Guru Taman kanak-kanak (PGTK). Banyak ilmu yang saya dapatkan tentang bagaimana mendidik anak yang baik, disamping mendapat ilmu bagaimana menjadi orang tua atau guru yang kreatif dan inovatif. Sampai akhirnya kuliah diploma satu (D.1) ini saya selesaikan dengan baik. 

Namun lambat laun, saya merasa tidak cukup dengan ilmu yang didapatkan PGTK D.1 selama ini. Akhirnya saya melanjutkan lagi ke jenjang pendidikan berikutnya yakni PGTK D.2. Eh anehnya ketika kuliah di program diploma dua ini, impian saya tiba-tiba berkembang jauh. Yang semula hanya sekedar ingin menjadi orang tua yang mendidik anaknya sendiri, berkembang menjadi ingin mendidik semua anak yang usianya kategori usia dini. 

Saya tidak tahu dari mana impian tersebut tiba-tiba saja datang. Akhirnya teman kuliah saya mengajak mendirikan TK (taman kanak-kanak) dengan memakai sarana rumahnya sendiri. Maka sejak saat itu saya ikut bergabung menyiapkan apa saja yang dibutuhkan dalam mendirikan TK sesuai dengan disiplin ilmu yang sudah saya dapatkan di bangku kuliah. Mulai hari itu saya kemudian disamping menjadi guru TK yang setiap hari mengajar di kelas, juga sekaligus membawa anak saya sendiri untuk ikut belajar di TK tersebut. 

Dengan impian dan keinginan yang kuat untuk menjadi pendidik anak usia dini dan pakar mendidik anak, akhirnya saya teruskan lagi kuliah di S.1 PG- PAUD untuk program pendidik anak usia dini sampai akhirnya menyandang gelar sarjana pendidikan anak usia dini. Sangat menyenangkan sekali sambil mengajar di TK, sekaligus sambil mendidik anak sendiri. 

Di sini saya baru sadar. Ternyata untuk menjadi guru itu perlu banyak membaca dan terus belajar. Soalnya guru yang malas membaca maka ilmunya juga tidak akan bertambah. Ilmu yang diajarkan kepada murid hanya itu-itu saja dari tahun ke tahun. 

******

 NAH, ternyata menjadi guru itu juga enak. Di samping mendidik anak orang, kita juga bisa sambil mendidik anak sendiri. Keluarga juga tidak terabaikan karena jam sebelas pagi sudah selesai mengajar. Jadi bisa cepat pulang dan menyiapkan segala keperluan keluarga.

Akhirnya dari sinilah saya berangkat jadi guru TK sampai akhirnya sering mengikuti pelatihan, workshop, seminar tentang pendidikan anak yang sering diadakan oleh IGI -- Ikatan Guru Indonesia, bahkan pembelajaran IT alias teknologi informasipun saya dapatkan. Saya kemudian berusaha memiliki sebuah komputer laptop Acer berikut modem sekalipun dibeli dengan cara menyicil. 

IGI juga sering mengadakan kegiatan seperti pelatihan, workshop, seminar dan lain-lain yang biayanya sangat terjangkau, bahkan sering tidak dipungut biaya satu sen pun. Inilah yang membuat saya sangat tertarik dengan segala kegiatan yang diadakan oleh IGI, disamping orang IGI itu baik-baik, taat beribadah, ceria, kreatif, familiar dan banyak ilmu yang saya dapatkan di IGI yang tidak saya didapatkan di bangku kuliah. 

Harus saya akui, bahwa semenjak bergabung dengan IGI, banyak ilmu yang saya dapatkan. Di antaranya ilmu tentang IT alias teknologi informasi. Sejak bergabung dengan IGI saya jadi bisa mengoperasikan komputer, sudah punya akun facebook, email. Sementara dalam kesibukan sehari-hari, saya juga dapat mengisi segala macam form insentif dan tunjangan fungsional dari Dinas Pendidikan Provinsi melalui internet.

Bahkan lebih dari itu, berkat ilmu yang saya peroleh selama ini saya juga dapat mengikuti sertifikasi guru dan menjalani diklat selama dua minggu di Pusdiklat PT Pos Indonesaia di Sarijadi, Bandung, Jawa Barat, bulan puasa Ramadhan 2012 lalu. Alhmadulillah berhasil lulus. Saat tulisan ini saya posting ke Kompasiana, saya sedang menunggu pencairan dana sertifikasi guru yang pertama. 

Inilah berkah dari Allah SWT yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya. Dari seorang ibu rumah tangga biasa , lalu menjadi guru sertifikasi, kemudian nyambi sebagai "dosen terbang" kecil-kecilan. 

*****


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun