Mohon tunggu...
Siti Sanisah Rasyid
Siti Sanisah Rasyid Mohon Tunggu... Guru - Penulis jalanan

Fabiayyi Ala Irobbikuma Tukadziban

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tidak Ada Siswa yang Bodoh

15 Oktober 2022   16:05 Diperbarui: 15 Oktober 2022   16:12 3724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebalik luar biasanya perilaku dan karakter Fulan, ia memiliki "kelebihan" lain, Fulan menyelesaikan pendidikannya di SMP dalam waktu 5 tahun. Ya, ia termasuk anak kami yang mengalami very slow learner. 

Hingga tamat SMP pun, Fulan hanya mampu menulis nama dan kelasnya dengan benar tanpa melihat atau menyontek. Selebihnya, Fulan harus melihat contoh tulisan dulu baru dapat menyalinnya. Jangan tanya bentuk dan kerapian tulisannya.

Namun, daya ingatnya sangat kuat. Suatu ketika, saya yang mengajar IPS Terpadu meminta semua siswa menghapal teks Pancasila, Proklamasi, dan UUD 1945 dalam kurun waktu seminggu. 

Sadar dengan kondisi Fulan, saya pun meminta bantuan temannya untuk membuat rekaman suaranya ketika membaca ketiga teks tersebut pada handphone Fulan. Seminggu berikutnya, hanya 6 orang anak (Fulan bersama lima temannya) yang mampu menghapal teks tersebut dengan baik.

Sejak saat itu, pola pembelajaran saya ubah total khusus untuk Fulan dan satu orang temannya (lain waktu saya bahas). Saya mulai menyadari bahwa cara mengajar biasa tidak akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar anak saya yang luar biasa. 

Dibutuhkan pendekatan dan metode belajar yang mengkombinasikan critical point pada teori belajar behavioristik, kognitif, dan humanistik untuk menyelesaikan masalah ini secara perlahan. Setidaknya dapat berperan untuk memompa self confidence dan motivasi belajar Fulan, karena memang proses belajar bukan perkara sim salabim yang dapat dituntaskan dalam sesaat.

Sebagaimana disampaikan Howard Gardner, bahwa setiap individu memiliki jenis kecerdasaan sama yang disebut multiple intelligence, artinya Fulan juga memiliki itu sebagaimana individu lainnya. 

Hanya saja dibutuhkan kemauan, waktu, ketekunan, latihan, dan dukungan dalam berbagai bentuk untuk membuat ragam kecerdasannya itu muncul. Tidak harus sempurna, karena memang sejatinya tidak ada manusia yang sempurna. Untuk itu harus ada orang yang menemani Fulan melalui masa itu.


Pada saat belajar biasa, ketika temannya asyik mengerjakan tugas, saya mendekati Fulan mengajaknya membuka buku paket dan melihat gambar yang ada. Bersamaan dengan itu saya "ceritakan" maksud gambar itu dalam bahasa campuran (Sasak dan Indonesia). Ternyata, rasa ingin tahu dan daya tangkapnya tidak mengecewakan.

Pada kesempatan tertentu, biasanya ketika jam istirahat. Saya sering mendekati Fulan dan mengajak ngobrol tentang banyak hal, dominan tentang "cerita" saya mengenai gambar di buku yang saya ceritkan di kelas. Alhamdulillah Fulan mengingatnya dengan baik, meski "cerita" versi Fulan lebih banyak disampaikan dalam Bahasa Sasak. Tak mengapa, yang penting Fulan paham.

Cara evaluasi (ujian) pun saya sesuaikan. Kepada Fulan saya dominan melakukan evaluasi dengan cara lisan dan unjuk kerja. Alhamdulillah, hasilnya cukup memuaskan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun