Mohon tunggu...
Siti Roikhanah
Siti Roikhanah Mohon Tunggu... Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

NIM 24107030126

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur

Dalam Diam Dapur Bekerja, Tempe Menyimpan cerita

12 Juni 2025   04:23 Diperbarui: 12 Juni 2025   03:32 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andre (kiri) dan Karyawannya (Sumber : Dokumentasi Pribadi

Meski tampak sederhana, usaha tempe bukan tanpa tantangan. Musuh utamanya justru datang dari hal-hal yang tak bisa dikontrol yaitu hujan dan waktu.
"Kalau hujan terus, kedelai gampang lanas," katanya. Lanas adalah kondisi di mana kedelai menjadi terlalu basah atau lembab, bisa memicu jamur atau membuat fermentasi gagal. Selain itu, dalam proses produksi, tempe harus dibalik tepat waktu. Kalau terlambat, warnanya bisa berubah kekuningan dan rasanya kurang sedap.

Andre mengaku bahwa dibanding tahu, tempe lebih mudah dibuat. Tapi kesalahan kecil bisa langsung terasa di hasil akhir. Itulah mengapa ia tetap turun langsung dalam setiap proses, dari awal hingga pengemasan.

"Setiap pagi saya bawa ke pasar sendiri. Kadang ada pesanan juga. Alhamdulillah, dari sini cukup untuk hidup," ujarnya sambil menunjukkan tumpukan tempe yang baru dibungkus.

Usaha yang Tumbuh Bersama Waktu

Andre belum mempekerjakan banyak orang. Produksi masih ia jalankan sendiri, sesekali dibantu keluarga atau tetangga. Namun bagi Andre, usahanya bukan soal besar-kecilan, tapi soal keberlanjutan dan ketulusan.

"Saya belum mikir ekspansi. Yang penting sekarang konsisten dulu. Orang sudah cocok, jangan sampai kecewa," katanya mantap.

Ia percaya, dalam usaha rumahan, hubungan dengan pelanggan seringkali lebih erat dan personal. Di pasar, ia mengenal pembeli-pembelinya dengan baik. Ada yang rutin membeli untuk dijual kembali, ada yang langganan untuk konsumsi harian.

Cita Rasa dari Keberanian Memulai

Yang menarik dari kisah Andre adalah keberaniannya memulai. Banyak anak muda yang ragu terjun ke usaha produksi tradisional, apalagi di tengah tren bisnis digital dan waralaba modern. Tapi Andre justru kembali ke dapur, ke tungku, ke akar.

Ia membuktikan bahwa dari sesuatu yang akrab dan sederhana, seperti tempe, seseorang bisa menemukan jalan hidupnya. Bukan hanya soal penghasilan, tapi juga soal martabat dan kemandirian.

"Dulu saya cuma ikut orang. Tapi saya niat belajar. Akhirnya saya coba sendiri. Awalnya susah, tapi sekarang saya sudah paham alurnya," ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun