Tamu baru itu bernama Raka, seorang backpacker yang tidak percaya takhayul. Ia menertawakan peringatan resepsionis sambil menyeret ranselnya menuju kamar nomor tujuh.
Namun begitu masuk, hawa dingin langsung menyambutnya. Kamar itu tampak biasa... terlalu biasa. Terlalu diam.
Raka duduk di ranjang, memeriksa ponselnya. Tak ada sinyal. Ia mencoba membuka jendela, tapi kacanya berembun dari dalam, meski malam itu tak hujan.
Lalu, dari cermin lemari yang terpasang di pojok ruangan, muncul pantulan... bukan dirinya.
Seseorang berdiri di belakangnya. Rambut panjang, wajah pucat, mata hitam tanpa bola mata.
Raka berbalik---tak ada siapa pun.
Ketika ia menoleh kembali ke cermin, pantulan itu masih ada.
Bahkan... semakin mendekat.
Panikan, Raka mencoba keluar, tapi pintu tak bisa dibuka. Ia menendang, meneriaki kamar, tapi hanya suara gemanya sendiri yang menjawab.
Kemudian... suara berbisik datang dari bawah ranjang.
"Terima kasih..."