Ada lelah yang tak terlihat. Bukan karena tubuh yang bekerja keras, tapi karena hati yang terus berusaha memeluk dirinya sendiri. Berdamai dengan diri sendiri adalah perjalanan paling sunyi, paling sepi, tapi juga paling bermakna dalam hidup ini.
Kadang kita berpikir, kenapa harus seberat ini? Kenapa memaafkan diri sendiri, menerima kekurangan, mengobati luka masa lalu terasa jauh lebih sulit dibandingkan memaafkan orang lain? Jawabannya sederhana: karena kita mengenal diri kita terlalu dalam, tahu betul letak luka-luka itu, dan tahu persis betapa sakitnya saat semuanya terjadi.
Capek rasanya ketika harus terus-menerus memahami bahwa tidak semua hal bisa berjalan sesuai rencana. Capek rasanya ketika harus menahan air mata sendiri, meyakinkan diri bahwa semua ini akan baik-baik saja, padahal hati sudah hampir runtuh. Tapi dalam capek itu, ada kekuatan tersembunyi sebuah kekuatan untuk tetap memilih berdiri, walau kaki gemetar.
Berdamai dengan diri sendiri bukan berarti menyerah pada keadaan. Itu adalah bentuk keberanian: menerima bahwa kita pernah jatuh, pernah salah, pernah kecewa, tetapi tetap memilih untuk mencintai diri ini, apa adanya.
Dan tidak apa-apa kalau hari ini kamu merasa capek. Tidak apa-apa kalau kamu ingin berhenti sejenak, menghela napas panjang, memeluk diri sendiri, dan berkata, "Aku sudah berusaha sejauh ini. Aku bangga." Karena proses berdamai itu tidak butuh tergesa-gesa. Pelan-pelan saja. Sedikit demi sedikit.
Suatu hari nanti, kamu akan melihat ke belakang dan tersenyum, menyadari bahwa semua kelelahan ini adalah bagian dari perjalananmu menuju kedamaian yang sesungguhnya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI