Mohon tunggu...
Nona Kumala
Nona Kumala Mohon Tunggu... Guru - Guru - Penulis

Berharap pada manusia adalah patah hati secara sengaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Layak

5 September 2022   11:54 Diperbarui: 5 September 2022   12:26 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hampir satu jam Karno menunggu di depan IGD hingga seorang dokter keluar. Ia duduk sambil menunggu dengan tubuhnya yang masih bergetar. Karno menyatukan kedua tangan di depan dada dan berharap Danai baik-baik saja. 

"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" tanya Karno berdiri dan menghadap dokter dengan gugup.

Sang dokter membuka masker dan membuang napas pelan. "Ada benda tajam yang menusuk perutnya, untung tidak terlalu dalam, ia butuh beberapa waktu untuk sadar."

Karno mengucapkan terima kasih dan menatap ruangan IGD yang tertutup.

Malam kian larut, Karno tak bisa tidur meski Danai sudah dipindahkan ke kamar inap. Hingga pagi ia duduk dan menatap sang anak yang belum kunjung siuman. Pikirannya kacau balau. 

"Aku harus kerja hari ini agar bisa bayar obat Danai." Setelah berpikir panjang, Karno beranjak dari kursinya.

Tak lama setelah Karno keluar dari ruangan, Danai perlahan membuka mata. Anak lelaki itu menatap langit-langit, tangannya bergerak sedikit demi sedikit. Ia meringis kesakitan ketika hendak duduk. Danai menyibak selimut putih tipis yang menutupi setengah badannya. Mata lelaki itu menyipit melihat perutnya yang dibalut perban.

"Arrggghh!" Ia kembali meluruskan badan dan memejamkan mata.

***

Makanan yang diantar oleh perawat sama sekali tak disentuh oleh Danai. Ia hanya diam menatap keluar kaca ruangan. Sesekali ia memejamkan mata untuk menghilangkan kebosanan, ia merasa tampak seperti orang bodoh yang tak punya kegiatan. 

"Eh, kok belum makan? Ini udah sore, loh." Dokter masuk bersama dengan dua perawat untuk memeriksa keadaan Danai. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun