Laila itu ponakanku, anak yang super aktif. Tidak bisa diam barang semenit. Kalau sudah main, lupa waktu. Ayahnya sampai geleng-geleng kepala kalau lihat dia manjat tangga saat memperbaiki genteng.
 "Laila, turun! Bahaya!" teriak ayahnya. Tapi Laila malah ketawa-ketawa sambil naik tangga lebih tinggi.
Suatu hari, ayahnya sedang mengecat tembok rumah. Laila, yang selalu ingin tahu, menghampiri ayahnya. "Ayah, Laila mau ikut ngecat!" katanya dengan semangat.
Ayahnya tersenyum. "Boleh saja, Nak," katanya. "Tapi, hati-hati ya. Jangan sampai catnya kena baju atau kulit kamu."
Laila mengangguk mengerti. Ayahnya pun memberikan kuas kecil dan kaleng cat kepada Laila. Laila dengan hati-hati mulai mengecat tembok. Tapi, karena terlalu aktif, Laila tidak bisa diam. Dia berlari-larian sambil membawa kuas cat, sehingga catnya jadi berceceran di mana-mana.
Ayahnya yang sedang fokus mengecat, tidak menyadari kalau Laila sudah mengecat tembok dengan sembarangan. Tembok yang tadinya berwarna putih bersih, sekarang penuh dengan coretan warna-warni.
"Laila, Nak, hati-hati!" teriak ayahnya ketika melihat Laila berlari sambil membawa kuas cat. "Jangan sampai catnya kena ke mana-mana."
Laila hanya cengengesan. Dia terus berlari dan melompat-lompat, sehingga catnya semakin berceceran. Ayahnya hanya bisa menggeleng-geleng kepala melihat tingkah laku anaknya.
Pengalaman bersama Laila yang lucu waktu umur 4 tahunan, kesel tapi bikin ngakak adalah saat saya harus ke kampus UI untuk bimbingan tesis. Karena ayah dan ibunya kerja, Laila saya ajak. "Asyik, main ke kampus!" katanya senang.
Perjalanan ke kampus UI cukup jauh, kami memutuskan naik kereta. Sebelum naik kereta, Laila sudah tidak sabar ingin segera sampai kampus UI. "Ayo, Bulik, cepat!" katanya sambil menarik-narik tangan saya.
"Iya, Lail, sabar ya," jawab saya sambil tersenyum. "Ini juga sudah mau jalan."