Mohon tunggu...
Pendekar Syair Berdarah
Pendekar Syair Berdarah Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Jancuker's, Penutur Basa Ngapak Tegalan, Cinta Wayang, Lebih Cinta Keluarga.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Puisitigapuluhsatuhari] Usai atau Kehilangan

3 Januari 2015   11:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:54 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tanggal enam belas
Biarkan semua seperti seharusnya
Tentang cinta, rindu dan kau yang tak akan pernah kumiliki
Biarkan semua memudar seperti buih dan pasir-pasir
Seandainya bisa ingin kulupakan, ingin kutinggalkan


Tanggal tujuh belas
Kau satu diantara beribu
Kau benderang diantara sejuta gelap
Adakah kisah cinta seperti yusuf dan zulaikha?
Adakah kisah cinta seperti kita?


Tanggal delapan belas
Aku hanya pengelana
Diperhentian sebuah waktu
Takdir menjumpakanku denganmu
Kenapa kita akhirnya saling mencinta?


Tanggal sembilan belas
Aku ingin memiliki cinta
Aku ingin merasakan cinta
Aku ingin memilikimu dan seluruh warnamu
Kau saja, andai kau tahu


Tanggal dua puluh
Tapi terkadang jalan cinta tak semulus jalan tol
Begitu terjal, penuh aral, tak mudah

Pada akhirnya sang pecinta hanya bisa berdiam
Mengikuti alur nasib dan takdir

***

Tanggal dua puluh satu
Setidaknya kita pernah saling bergenggam
Pernah sama merasakan pahitnya rindu

Pernah sama tenggelam dalam racun cinta
Pernah mengatakan "Aku sangat mencintaimu"


Tanggal dua puluh dua
Kini kau serupa kabut
Ibarat udara gunung selamet

Kau mengisi hatiku dan sudut bekunya
Tapi tiada pernah bisa aku menggenggamu

Tanggal dua puluh tiga
Detik inilah waktu yang kau sebut terpenggal
Aku membenci berkhayal
Tentang perjumpaan indah, khayal!
Meski aku mengharapkannya, khayal

Tanggal dua puluh empat
Senja menyimpul dipelupuk
Senja saat kita berpeluk
Saat waktu terhenti pada dua makhluk
Bisakah kita memiliki waktu ini lagi, berpeluk

Tanggal dua puluh lima
Kau lupa akan daun dan duri yang berbisik
Semua waktu bagiku adalah sama
Rindu membunuh kita berdua
Rindu yang menjadi kekuatan dan kelemahanmu

Tanggal dua puluh enam
Detik yang sama, haru yang sama
Tetapi malam ini berbeda sayang
Syairmu jadi lagu surga
Kau milikku tapi tak seluruh

Tanggal dua puluh tujuh
Sayang, ingatlah jejak kita
Rekamlah ia saat hujan tiba
Pesanku ada disana
Tinggal dan matilah ditempat yang kau sukai

Tanggal dua puluh delapan
Apa yang salah dari cerita kita?
Maknailah, rasaku yang tak sempurna? mendugalah!
Nilai ini akan terlihat setelah kita mati sayang
Andai engkau ingin tahu benar
Dalam kalbuku saja semua tersimpan
Sedikit saja yang mampu kututurkan
Makna itu ada dikalbuku lebih dari yang kau genggam
Atau airmatamu adalah jawaban

Tanggal dua puluh sembilan
Aku si gila
Sebatang kara melagukan keindahan namamu
Sendiri, dimusiki air mata langit baranangsiang
Jika ini tak menghukumu, datanglah kesini sayang

Tanggal tiga puluh
Atau kehilangan...Pertarungan antara jiwa dengan raga
Waktu yang sebentar bukanlah waktu
Ruang yang sempit bukanlah ruang
Kita menginginkan waktu bersama yang tidak menjadikan kita sama

Aku hanya si peminjam hatimu bukan pemiliknya
Tanggal tiga puluh satu
Aku sudah jatuh pada cintamu
Yang kini terbang pergi dengan sayap-sayapnya
Kurangkum rindu dan bencimu dalam sayap-sayapku
Jika ini belum usai, kau pasti akan memintanya kembali
Jika ini sudah usai, yakinlah sayang semua tetap tersembunyi disebaliknya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun