Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Menunggu di Bawah Naungan Janji September

30 Agustus 2022   05:35 Diperbarui: 30 Agustus 2022   05:37 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://m.fimela.com

Bertahun aku
Memasung kepak-kepak sayap rasa
Dalam jeruji perih
Luka yang ranggas di ranting waktu
Masih tunggangi punggung embun pagi

Punggung embun pagi titiskan setetes lara
Jerat hati gulirkan elegi
Birama dedaunan snada kenang membara
Jerat rasa pilin pada hari pagi

Pagi dan dingin
Nyanyian alam dan desau angin
Mereka tlah berteman sejak kemarin
Lalu jiwa dan karsa menyatukan segala pinta dalam satu rasa ingin

Perih masih membekas di kalbu
Akan kenang-kenang manis bertepi kelabu
Melempar noda ke arah untaian lagu yang penuh syahdu
Engkau sampai hati tuk tipu
Harapan yang kusemat tumpaslah semu

Akan kututup saja cerita duka kita
Sekalipun luka perih masih basah di dada
Aku akan mencoba tuk terbiasa
Melepaskan diri dari bayang-bayang luka pelampiasan yang kau balut dengan cinta
Sudah! Biar waktu saja yang menghapus tentangmu dariku.

Jerakah aku menunggu janjimu?
Yang berbalur rindu tuk wujudkan citaku bersamamu?
Kepak sayap yang pernah patah
Kini tlah gagah siap mengangkasa
Tapi terasa ringkih tanpamu di tulang raga

Pada semilir angin dan perjalanan yang tak mudah
Meskipun berulang kali ku runtuhkan percaya yang ada.
Namun kau tetap merangkul ku dalam pelukan

Pelukmu sempat membius sukmaku.
Dan seutas percaya
adalah kata yang paling
kurengkuh dalam tuturmu.
Namun, asa ini semakin meringkih
menjauh tatkala
kau melantunkan nada sendu dipersimpangan waktu.
Netraku kembali terbentur dan menguliti luka baru.
Ah, tak sudi lagi kumenunggu di bawah naungan janji september
sedangkan dalam dentingan waktu Agustus
kau membuat asaku tergugu meratap.

Ratapan yang mematahkan sayap-sayap asa, masih membekas
Endapannya tak bisa kulepas
Mengerak, memeluk erat hingga tak berani melangkah
Karena diri ini takut patah

Nyatanya hati kecilku tidak pernah jera untuk terus memegang janjimu. Diam-diam tetap menunggu janji itu tertepati entah sampai kapan nanti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun