Mohon tunggu...
SISKA ARTATI
SISKA ARTATI Mohon Tunggu... Guru - Ibu rumah tangga, guru privat, dan penyuka buku

Bergabung sejak Oktober 2020. Antologi tahun 2023: 💗Gerimis Cinta Merdeka 💗Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Versi Buku Cetak 💗 Yang Terpilih Antologi tahun 2022: 💗Kisah Inspiratif Melawan Keterbatasan Tanpa Batas. 💗 Buku Biru 💗Pandemi vs Everybody 💗 Perubahan Itu Pasti, Kebajikan Harga Mati - Ebook Karya Antologi 2020-2021: 💗Kutemukan CintaMU 💗 Aku Akademia, Aku Belajar, Aku Cerita 💗150 Kompasianer Menulis Tjiptadinata Effendi 💗 Ruang Bernama Kenangan 💗 Biduk Asa Kayuh Cita 💗 55 Cerita Islami Terbaik Untuk Anak. 💗Syair Syiar Akademia. Penulis bisa ditemui di akun IG: @siskaartati

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ibu Rumah Tangga, Profesi yang Bergelar "M.Si"

14 April 2021   09:08 Diperbarui: 14 April 2021   21:16 1720
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi gambar: https://www.mastekhw.com

Pembaca Kompasiana yang bersahaja,

Bicara soal profesi bagi perempuan, semua jenis pekerjaan bisa dilakukan dan dilakoni para wanita dari segala bidang. Tengok saja segala lini dunia kerja, jabatan dan kedudukan, hadir wanita-wanita tangguh yang berada di posisi tersebut.

Dari mulai ketua RT, Lurah, Camat, Bupati/walikota sampai presiden perempuan-pun, kita punya dan pernah memilikinya.
Dari yang dokter, pilot, guru, supir, arsitek, manager, direktur, pengusaha, menteri, dan masih banyak lagi, tangan dan pikiran perempuan dengan cekatan dan penuh sayang telah dituangkan dalam membangun dan mengisi negeri ini.

Tak dimungkiri bahwa sejatinya perempuan--yang menurut saya sih asal katanya adalah empu--adalah makhluk yang ahli di segala bidang, baik urusan 'dalam negeri' maupun 'luar negeri' pada rumah tangga yang dikelolanya bersama pasangan. Jika pun seorang wanita belum berpasangan atau belum menikah, kontribusinya untuk lingkungan dan masyarakat juga tidak kalah dengan kaum lelaki.

Nah, mengapa saya sebut Ibu Rumah Tangga adalah profesi yang bergelar M.Si? Master of Science? Magister Sains? Bukan, pembaca. Melainkan Master Segala Ilmu.

Betapa tidak?

Pertama, Ibu Rumah Tangga harus belajar akuntansi, karena ia menerima keuangan dengan penuh tanggung atas amanah yang diberikan oleh suami untuk mengelolanya. Tidak bisa mengeluarkan dana sembarangan, bahkan untuk keperluan dirinya, suami dan anak. 

Minimal, ia memahamkan dirinya atas masuk-keluarnya uang dengan catatan yang baik agar keamanan keuangan dalam rumah tangga aman dan tentram, stabil. 

Jangan sampai terjadi besar pasak daripada tiang. Menghemat biaya sebaik mungkin dengan mendapatkan hasil yang maksimal. Itulah dunia perempuan, pun harus pake ilmu dalammurusan ngatur duit, lho.

Kedua, Ibu Rumah Tangga belajar tata boga. Ilmu ini harus dimiliki jika ingin berprofesi mengatur penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga. 

Di dalam rumah segala makanan harus tersedia, entah masakan sederhana atau mewah, menu makanan sehat harus tersedia demi kelangsungan kehidupan sehat bagi keluarga. Yang merasa gak bisa masak, pun ada yang mengikuti kursus memasak, atau belajar online dari kelas-kelas ini. 

Tujuannya membekali diri, minimal bisa menghidangkan masakan enak bagi keluarganya. Jangan remehkan terhidangnya seteko teh terenak, segelas kopi termanis meski rasanya pahit sepet, atau secangkir susu yang lezat. 

Semua ada ilmunya. Kalau takarannya gak pas, belum tentu sedap dirasa. Apalagi masakan, ya tho? Menghidangkan cemilan yang tinggal santap aja, bikinnya pun perlu ilmu.

Ketiga, belajar agama. Apapun keyakinan dan agama yang dianut, Ibu Rumah tangga membekali dirinya dengan ilmu tersebut sebagai pedoman dan tuntunan kehidupan bagi diri dan keluarganya.

Ibu adalah madrasah atau sekolah pertama bagi anak. Ia adalah guru pertama sebelum buah hati mereka belajar di luar, baik sekolah pada umumnya maupun pergaulan dengan sesama teman. Dengan mengenalkan dan menanamkan pendidikan agama, diharapkan kehidupan berjalan ideal, lurus, meminimalisir hal-hal keburukan.

Keempat, Ibu Rumah Tangga itu belajar ilmu gizi, lho. Demi menjaga kesehatan keluarga, ia berjibaku dengan olahan bahan pangan, meracik bumbu, menghasilkan masakan yang lezat di lidah, kenyang di perut. 

Taksekadar itu, pentingnya mengenal ilmu ini, juga karena ibu memperhatikan asupan gizi seimbang bagi anak. Meskipun di sekolah tersedia kantin atau katering bagi yang tinggal di pondok atau boarding school, tetap saja rasa khawatir ada di hati para ibu terhadap masakan-masakan tersebut jika tidak memenuhi gizi yang ditetapkan. 

Takheran, para ibu dengan sukacita membawakan bekal bagi anak agar tetap bisa menikmati masakan olahan dari ibunya sendiri. So sweet, deh!

Kelima, Ibu Rumah Tangga menguasai ilmu farmasi, lagi-lagi penting untuk menjaga kesehatan anak dan keluarga. 

Meski dengan pengetahuan sederhana seperti obat herbal dari ramuan jamu buatan dapur sendiri, tetaplah ia membekali diri dengan ilmu atas rempah-rempah yang ada sebagai alternatif pengobatan ketika anggota keluarga ada yang sedang kurang sehat. Tak harus panik dengan mengandalkan dokter, minimal bisa mengurangi rasa sakit atau mencegah sakitnya tidak bertambah parah.

Keenam, Ibu rumah tangga adalah profesi yang harus dibekali ilmu tentang keperawatan. Ya, sebagai perawat bagi keluarga yang sedang tidak sehat. Bagaimana menjalankan peran selaku perawat di rumah, menjaga stabilitas emosi 'pasien' yang lebih manja dan perhatian agar kondisinya pulih kembali. Ditambah lagi jika diperlukan rawat jalan bagi keluarga, lagi-lagi peran ibu dibutuhkan untuk menangani keperluan tersebut.

Ketujuh, Ibu Rumah Tangga pun perlu belajar tentang teknik mesin dan perkebunan. Saat mereka berkendara, takjarang kita lihat para emak dengan sigap menangani mobil mogok, minimal ia tahu permesinan dari mobilnya. 

Saat rantai sepeda anak longgar, ringan tangan Ibu bantu membenahi seperti semula agar bisa dikayuh lagi. Saat urusan kompor macet, ditelusuri dan ditangani pula agar kegiatan masak-memasak bisa kembali lancar. 

Begitu pula dengan tanaman obat keluarga (toga) di pekarangan rumah. Tersedia cabe, tomat, lengkuas, sereh, jeruk dan lain-lain, yang ditanam untuk keperluan bumbu atau obat keluarga saat diperlukan. Berkebun dengan tanaman ini, pun para emak dibekali ilmu oleh ahlinya dari perkumpulan kesejahteraan keluarga di lingkungan masyarakat setempat.

Kedelapan, Ibu Rumah Tangga pun harus belajar tentang ilmu psikologi dan komunikasi. 

Saat ia harus menata kesabaran dan mengatur emosi agar takbawel terus-menerus soal urusan anak dan rumah. Menjaga omongan baik yang senantiasa disampaikan kepada anak dan suami. 

Ya, disiplin kata adalah kunci komunikasi positif dalam keluarga. Karena omongan adalah doa, jangan sampai mulut emak berisi sumpah serapah yang berakibat pada rasa taknyaman dan taktentram dalam rumah tangga.

Kesembilan, Ibu Rumah Tangga pun belajar mendapatkan penghasilan. Tak harus mengandalkan uang bulanan dari suami, para emak bisa mendapatkannya melalui ketrampilan dan pengetahuannya di bidang yang ia sukai. 

Berangkat dari hobi seperti memasak, ia bisa jualan hasil masakan kepada tetangga atau pelanggan. Hobi tanaman hias, ia bisa berbagi ilmu dan jualan tanaman tersebut. 

Ketrampilan rias pengantin, potong rambut, mengajar privat, mengajar mengaji, dan masih banyak hal positif yang dilakukannya, mengalirkan pundi-pundi rupiah dalam keuangan keluarga. Meski bukan pencari nafkah, tetapi dengan uang sendiri, ia bisa berinfaq, sedekah, berbagi dengan saudara-saudaranya, tidak menggangu uang dapur suami, bahkan bisa bayar uang arisan. Asyik, kan?

Sepuluh, ibu rumah tangga pun belajar segala hal untuk kecermatan. 

Cermat dalam memilih dan memilah hal-hal baik bagi diri dan keluarganya, mengatur waktu sejak bangun pagi hingga bangun esok lagi, baik untuk kegiatan dirinya sendiri maupun dalam menangani urusan rumah. Pula mesti cermat dalam menegakkan aturan dan kedisiplinan bagi anggota keluarga, agar dalam penerapannya tidak melenceng. 

Cermat dalam memberikan apresiasi dan hukuman positif bagi anggota keluarga sebagai wujud motivasi kehidupan berumah tangga. Cermat mengatur keuangan, dan masih banyak lagi.

***

MasyaAllah, rasanya takhanya sepuluh saja gelar Master Segala Ilmu bagi profesi ini. Itulah sebab mengapa Ibu adalah madrasah awal bagi anak-anak. 

Setinggi apapun pendidikan yang diperoleh, sebanyak apapun deretan gelar yang disandang olehnya, wanita akan kembali ke fitrah sebagai ibu rumah tangga. Takperlu merasa kecil hati hanya karena bergelut menjadi Ibu Rumah Tangga, karena sejatinya profesi inilah yang melahirkan generasi kebaikan dari hasil kasih sayang luar biasa seorang perempuan. Seperti halnya kita, sukses sekarang ini, juga karena polesan emak yang memiliki segudang ilmu. Dengan segala pengorbanan dan jerih payah, ia mendidik dan mengiringi proses kehidupan kita dengan doa dan airmata.

Nah, silakan kompasianer memberikan tambahan, pengetahuan apa saja bagi Master Segala Ilmu. In syaa Allah, tambahan tersebut bermanfaat bagi Ibu Rumah Tangga seperti saya, aamiin. 

Ditunggu, lho!

Terima kasih telah berkenan mampir di artikel ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun