Mohon tunggu...
Sisca Wulandari
Sisca Wulandari Mohon Tunggu... Dosen, Mahasiswa S3, Traveller

Penulis Buku Anti Korupsi dan Aktivis Pencegahan Kekerasan Seksual. Penjelajah Wisata Berbagai Negara. Mom satu anak yang bekerja sambil kuliah.

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Gelap! Grup Fantasi Sedarah di Facebook dan Kilasan dari Sisi Psikologisnya

20 Mei 2025   14:49 Diperbarui: 20 Mei 2025   15:03 651
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber: Citizen Riau)

Media sosial, seperti Facebook, menyediakan platform yang memungkinkan individu untuk berinteraksi secara relatif anonim. Anonimitas ini diketahui dapat mengurangi rasa malu dan meningkatkan kebebasan dalam mengekspresikan diri, terutama ketika membahas topik yang bersifat pribadi atau tabu (Suler, 2004). Namun, kondisi ini juga dapat menimbulkan efek negatif, karena individu merasa lebih bebas untuk berbagi fantasi seksual yang menyimpang atau bahkan terlibat dalam perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial.

Fenomena grup-grup daring yang membahas fantasi sedarah, misalnya, memanfaatkan celah ini. Grup semacam itu sering kali menggunakan nama atau topik yang disamarkan, sehingga sulit dideteksi oleh sistem moderasi otomatis yang digunakan oleh platform seperti Facebook (Gillespie, 2018). Anonimitas dan kurangnya pengawasan memungkinkan terciptanya ruang aman palsu yang memperkuat eksistensi kelompok devian.

Selain itu, paparan terhadap konten menyimpang secara terus-menerus di media sosial dapat mengubah persepsi individu terhadap batasan norma sosial. Hald dan Malamuth (2008) dalam studinya menunjukkan bahwa konsumsi berulang terhadap konten seksual ekstrem, termasuk yang bertema kekerasan atau inses, dapat menurunkan sensitivitas moral dan meningkatkan toleransi terhadap kekerasan seksual. Dalam konteks ini, grup media sosial berperan bukan hanya sebagai wadah ekspresi, tetapi juga sebagai medium normalisasi perilaku menyimpang.

Faktor Psikologis yang Mendorong Terbentuknya Grup Fantasi Sedarah

Menurut Karhulaht, & Vlisalo (2021), beberapa faktor psikologis yang dapat mendorong individu untuk bergabung dalam grup-grup yang membahas fantasi sedarah antara lain:

  • Kebutuhan akan Kedekatan Emosional: Individu yang merasa kesepian atau kurang mendapatkan perhatian emosional mungkin mencari cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut melalui fantasi.
  • Pencarian Identitas: Remaja atau individu yang sedang mencari identitas diri mungkin terpengaruh oleh kelompok sebaya atau komunitas online yang memiliki pandangan atau minat serupa.
  • Pengalaman Trauma Masa Lalu: Individu yang pernah mengalami trauma, seperti pelecehan seksual, mungkin mengembangkan fantasi sebagai cara untuk mengatasi atau memahami pengalaman tersebut.
  • Keterbatasan dalam Hubungan Nyata: Individu yang merasa tidak puas dengan hubungan nyata mereka mungkin mencari pelarian melalui fantasi yang tidak dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata.

Dampak Psikologis dari Terlibat dalam Grup Fantasi Sedarah

Terlibat dalam grup yang membahas fantasi sedarah dapat memiliki dampak psikologis yang signifikan (Vranceanu, A. M., Hobfoll, S. E., & Johnson, R. J. (2007); dan Gelinas, D. J. (1984), baik bagi individu maupun masyarakat secara keseluruhan:

  • Normalisasi Perilaku Menyimpang: Terpapar secara terus-menerus pada konten yang membahas fantasi sedarah dapat menurunkan sensitivitas terhadap perilaku tersebut dan membuatnya tampak lebih dapat diterima.
  • Gangguan Psikologis: Individu yang terlibat dalam grup semacam itu mungkin mengalami gangguan psikologis, seperti kecemasan, depresi, atau gangguan stres pascatrauma, terutama jika mereka pernah mengalami trauma terkait.
  • Risiko Tindakan Nyata: Meskipun sebagian besar individu tidak berniat untuk mewujudkan fantasi mereka, terlibat dalam grup semacam itu dapat meningkatkan risiko untuk melakukan tindakan nyata, terutama jika didorong oleh distorsi kognitif atau pengaruh kelompok.

(Sumber:KPAI)
(Sumber:KPAI)

Upaya Pencegahan dan Intervensi

Untuk mencegah terbentuknya grup-grup yang membahas fantasi sedarah dan mengurangi dampak negatifnya, beberapa langkah dapat diambil (Prasetiono, Arochman, & Fayola (2021); Yuliyanto, Santosa, & Nugroho (2022); dan Dewantara & Dewi (2025)):

  • Edukasi dan Literasi Digital: Meningkatkan pemahaman masyarakat, terutama remaja, tentang dampak negatif dari terlibat dalam grup semacam itu dan pentingnya menjaga batasan dalam berinteraksi di dunia maya.
  • Pendampingan Psikologis: Memberikan dukungan psikologis kepada individu yang menunjukkan tanda-tanda ketertarikan atau keterlibatan dalam grup semacam itu, untuk membantu mereka mengatasi kebutuhan atau masalah yang mendasarinya.
  • Moderasi dan Pengawasan Konten: Platform media sosial perlu meningkatkan sistem moderasi untuk mendeteksi dan menghapus konten yang membahas atau menggambarkan fantasi sedarah, serta memberikan sanksi kepada anggota grup yang terlibat.
  • Pendekatan Keluarga dan Komunitas: Keluarga dan komunitas perlu berperan aktif dalam membimbing dan memberikan dukungan kepada individu, terutama remaja, untuk menghindari terlibat dalam grup sementara.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun