Ada juga ruangan kecil untuk seminar terkait proses produksi madu.Â
Konsep kekinian tampak dari spot-spot yang instagrammable.
Dulu Mamaku itu berkelana dengan adik bungsunya ke Hutan Cianjur Selatan untuk mengambil madu hutan (odeng), gula aren, dan beras. Perjalanan ke Cianjur Selatan itu luar biasa sulitnya. Banyak tikungan tajam bagaikan tarian ular. Banyak ngarai. Aku pernah ke sana, muntah 2 kali. Paman Teddy juga muntah 2 kali (Sekarang ia sedih karena bronkitis kronis. Tidak bisa lagi bertualang seperti dulu). Mama pemenangnya, tak pernah muntah sekali pun. View Cianjur Selatan luar biasa indah. Kalau dilihat dari atas bukit itu, ada bagian laut seperti terbelah daratan. Hutannya terdiri atas pohon-pohon tinggi yang berusia ratusan tahun. Maka, tak heran rasa madu hutannya enak sekali. Rasanya tidak terlalu manis. Kalau madunya dibakar sedikit dengan api dari pemantik, ada sedikit nyala api menandakan madu hutannya masih original. Menurutku, itu karena madu mengandung nitrogen (sifat nitrogen mudah terbakar). Dan jika madu diencerkan, tentu kandungan nitrogennya rendah dan kadar air tinggi sehingga tak ada nyala api ketika madu dibakar.
Usaha madu Mama tak berjalan lancar (bangkrut) walaupun kualitas madunya bagus. Tantangan UMKM itu belum dilakukan branding, belum dikenalnya produk UMKM oleh masyarakat luas (brand awareness), pemasaran, teknologi, modal, dan Sumber Daya Manusia.
Mama hanya menawarkan madu hutan ke masyarakat sekitar. Kurang networking. Tantangan usaha madu ialah konsumsi madu tak dijadikan makanan utama, tapi cenderung dikonsumsi hanya ketika sakit. Madu bermanfaat untuk mengatasi kardiovascular, pendarahan perut, ulcer, dan sebagai obat untuk keracunan (Suprapto dan Sumoprastowo, 1980).
Padahal madu itu banyak sekali manfaatnya sehingga sebenarnya pangsa pasarnya luas (harus dilakukan kemitraan dan diversifikasi produk). Fungsi madu sebagai kosmetika disebabkan sifat higroskopis madu sehingga kulit muka tampak awet muda dan segar. Â
Madu merupakan superfood. Selain mengandung banyak mineral seperti natrium, kalsium, magnesium, alumunium, besi, fosfor, dan kalium, madu mengandung vitamin-vitamin seperti thiamin (B1), riboflavin (B1), asam askorbat C, piridoksin (B6), niasin, asam pantotenat, biotin, asam folat, dan vitamin K. Madu mengandung enzim penting seperti enzim diastase, invertase, glukosa oksidase, perolsidase, dan lipase. Asam utama yang terdapat dalam madu ialah asam glutamate, sedangkan asam organiknya ialah asam asetat, asam butiran, format, suksinat, glikolat, malat, proglumat, sitrat, dan piruvat (Suranto, 2004). Madu mengandung zat ferment, zat bakterisidal, dan bahan aromatik (Sihombing, 1997). Madu juga mengandung protein (0,26%), nitrogen (0,04%), dan asam-asam amino antara 0,05-0,10% (Pusat Perlebahan Nasional, 2001).
Menurut Pusat Perlebahan Nasional (2001), sifat kimia madu ialah memiliki pH antara 3,5-6,1 dan kandungan asam antara 0,17-1,17% terutama asam glukonat. Komposisi kimia madu terbesar adalah karbohidrat (82,4%), lalu diikuti oleh air (17,2%), protein (0,3%), dan abu (0,2%).