"Aku ingin beli bakso di atas lereng."
Â
"Ibu juga bisa membelinya sendirian. Genderuwo di hutan jati tersebut mengikutimu."
Â
"Kan belum tentu juga penyebab menstruasiku genderuwo."
Â
"Maksudmu, lampor yang mendatangi rumah ini? Bisa saja ia juga tertarik mengikutimu. Pokoknya, darah menstruasimu menarik perhatian makhluk halus entah jenis apa."
Â
"Maksudku, mungkin saja penyebab menstruasiku hanya karena keletihan dan gangguan hormon," sahutku berusaha berpikir logis. Aku tak menceritakan mimpi seramku semalam. Jika Ibu mengetahuinya, tentu ia akan bertambah panik dan memaksaku untuk diruqiyah oleh Ustaz Zain. Padahal aku sangat takut jika harus mengakui kenyataan bahwa mahkluk halus menyukaiku dan ingin mengajakku ke alamnya alias kematian! Bukankah ada opini bahwa jika kita mengabaikan adanya makhluk halus, maka makhluk halus itu pun akan jenuh dan menghilang dengan sendirinya?
Â
Ibu mendengus. "Sebaiknya, kau menjauhi lereng dan hutan jati tersebut. Ibu tak ingin anak perempuan Ibu satu-satunya diangkat rahimnya karena perdarahan terus-menerus. Kau kan belum menikah dan memberikan cucu-cucu yang manis."