Mohon tunggu...
sisca wiryawan
sisca wiryawan Mohon Tunggu... freelancer

Penulis Cerpen "Astaga! KKN di Desa Legok" dalam buku KKN Creator (2024). Fokus cerpen dan story telling. Skill business analyst, SMEs, green productivity, and sustainability. Kolaborasi, kontak ke wiryawansisca@gmail.com yang ingin dianalisis laporan keuangan, dll e-mail saja bahan2nya.dah biasa kerja remote. trims bnyk

Selanjutnya

Tutup

Horor

Misteri Caraka, Bab 26, Ancaman

11 April 2025   23:17 Diperbarui: 11 April 2025   23:20 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pudding. Sumber: pixabay.

          Setelah puas dengan penyelidikkannya, makhluk mistis tersebut melenggang santai keluar ruangan dapur. Karena dapur ini berada di lantai atas dan kedua dindingnya merupakan bilah-bilah kaca besar yang menghadap bagian belakang dari rumah pertama, Rani pun melihat makhluk ganjil itu keluar begitu saja dari rumah kedua yang ia tempati dan merangkak cepat seperti kelabang di halaman rumah menuju rumah kesatu, tempat Pak Caraka tinggal.

          Rani hampir tak mempercayai pandangannya. Mengapa makhluk mistis itu tampak begitu alami di rumah keluarganya? Tapi Rani tak pernah melihat penampakan diri makhluk mistis tersebut sebelumnya. Makhluk halus itu melewati tangga yang tingginya 1 meter di teras belakang rumah kesatu dan masuk ke rumah pertama menembus pintu kaca besar yang belum tertutup horden. Dengan tenang, makhluk ganjil itu pun berpatroli di ruang tamu rumah kesatu. Bahkan, sang makhluk mistis itu mondar-mandir dengan anteng di sekitar Pak Caraka yang sedang asyik menonton televisi. Sepertinya, Pak Caraka tak menyadari kehadiran teman mistis itu. Atau, ia hanya berpura-pura tak mengetahuinya? Entahlah. Rani tak berani menanyakan mengenai makhluk mistis itu karena ayahnya itu sangat pemarah dan mudah tersinggung.

         

***

          "Pokoknya, aku tak setuju kau hendak menjual keempat rumah ini. Kau harus ingat, Adi. Aku punya andil lebih besar. Rumah pertama ini sebagiannya merupakan hak milikku. Aku mengumpulkan uang honor untuk menyicil tanahnya. Sementara rumah kedua, ketiga, dan keempat merupakan hak milikku seutuhnya."

          Adi Caraka mendengus. "Kau lupa harta gono-gini? Setengahnya dari hartamu ialah hartaku."

          "Aku masih menyimpan segala bukti pembelian properti dan asal-usul uang yang kupakai untuk membelinya."

          "Kau tahu apa tentang hukum? Kita tak melakukan perjanjian pisah harta saat menikah secara sipil. Kau tak akan menang melawanku di pengadilan. Pokoknya, aku jenuh tinggal di rumah usang ini. Aku ingin membeli mobil sedan BMW terbaru."

          "Untuk apa membeli mobil? Kau sudah tua. Matamu saja sudah rabun jauh. Mana bisa kau melihat jalan raya? Kau tak bisa mengemudi dengan baik. Sudahlah! Kita ini sudah bau tanah. Untuk apa lagi membeli barang mewah seperti mobil BMW?"

          Komentar sang istri membuat Adi murka. Tak suka ia diingatkan akan usianya yang sudah menginjak kepala enam. Ia pun menggebrak meja makan. "SIALAN! AKU INGIN BELI MOBIL BARU. JIKA KAU TAK SETUJU, AKU AKAN MEMBAKAR KEEMPAT RUMAH JELEK INI."

          Galuh menghela napas. Sungguh makan hati memiliki suami diktator seperti Pak Caraka. Ia ingin bercerai sejak tahun pertama pernikahannya. Tapi sang suami mengancam hendak membunuhnya. Ia sungguh ingin bercerai sejak kedua anaknya masih kecil. Tapi lagi-lagi sang suami mengancam untuk mengambil hak asuh kedua anaknya dengan dalih perselingkuhan Bu Caraka. Juga mengambil seluruh harta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun