"Sebal adalah tanda adanya benih-benih cinta. Tak ada api tanpa asap"
      "Aku pergi nih jika kau terus menggodaku," ancam Nita sembari bangkit dari tempat tidur.
      "Begitu saja marah. Nah sekarang siapa nih yang terancam puasanya batal?"
      Nita menekuk wajahnya. Ia masih kesal.
      "Sebagai permintaan maaf, besok pagi aku akan menemanimu jogging di alun-alun. Olahraga itu penting walaupun kita sedang berpuasa. Tubuh jadi sehat, pikiran jadi jernih. Olahraga mengeluarkan hormon endorphin yang bisa meningkatkan suasana hatimu yang galau karena cinta. Hehehe."
      Nita menerjang Rima. Mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak.
      "Aku serius. Olahraga penting sekali untuk kesehatan tubuh. Wajahmu pucat. Kau tampak lesu. Padahal menjaga kesehatan tubuh merupakan self-love. Wujud rasa syukur kita pada Allah Swt., Sang Pencipta. Dengan tubuh yang sehat, kita bisa menjalankan ibadah lebih khusuk di bulan Ramadan ini."
      "Aamiin Ya Robbal Alamin," ujar Nita. "Tumben kau bijak? Sahur apa kau?"
      Rima berkacak pinggang dengan penuh percaya diri. "Sahur nasi sup ayam. Kau baru tahu ya aku sebijak burung hantu? Sudah menjadi sahabatku berapa lama?"
      "Sombongnya! BATAL! PUASAMU BATAAAL!"
      "Dibanding kau teriak ala Tarzan seperti itu, lebih baik sekarang kau yoga bersamaku."