"Pola makanku masih sama. Tak ada bedanya dengan saat tak berpuasa. Seharusnya, berat tubuhku tak bertambah. Malah porsi makanku sekarang ini tak sebanyak saat aku tak berpuasa."
      "Kau kan senang menyantap bakso, jeroan, gorengan, minuman karbonasi, dll. Kuperhatikan kau tak pernah berolahraga selama bulan puasa. Kelebihan lemak di tubuhmu tak terbakar menjadi energi, tapi tertimbun dalam tubuhmu."
      Nita membanting dirinya tepat di samping Rima. "HUAAA, aku tak mau kelebihan berat tubuh. Nanti baju Lebaran-ku tak muat."
      Rima menyeringai. "Kau ini hanya penampilan saja yang dipikirkan."
      "Penampilan kan penting agar tampil lebih percaya diri."
      "Bilang saja kau takut Dimas, gebetanmu, melirik mahasiswi lain. Dia kan terkenal ceriwis. Suka body shaming."
      "Ti ... tidak. Tidak seperti yang kau pikirkan," gagap Nita. "Siapa bilang aku su ... suka Di .. Dimas?"
      Rima tersenyum penuh arti. "Kau suka dengan ketua Angkatan kita itu pun tak ada yang keberatan. Dia kan single."
      Untuk menutupi rasa canggungnya, Nita menjulurkan lidah. "Tak sudi aku suka dengan mahasiswa norak itu. Gaya bicaranya saja ala profesor."
      "Biar norak juga bagaikan Pangeran jika cinta. Kodok pun bisa berubah jadi Pangeran," goda Rima.
      Nita manyun. "Sudah ah! Sebal!"