"Persiapkanlah untuk (menghadapi) mereka apa yang kamu mampu, berupa kekuatan (yang kamu miliki) dan pasukan berkuda. Dengannya (persiapan itu) kamu membuat gentar musuh Allah, musuh kamu dan orang-orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya, (tetapi) Allah mengetahuinya. Apa pun yang kamu infakkan di jalan Allah niscaya akan dibalas secara penuh kepadamu, sedangkan kamu tidak akan dizalimi."-Al-Anfal Ayat 60.
      Rima menatap kritis sahabatnya. "Kau tambah gemuk, ya? Pipimu tampak tembam. Padahal kau sedang berpuasa, kan?"
      Nita tersenyum lebar. "Kau sirik karena aku cantik berseri, ya? Puasamu batal hari ini. BATAAAL!"
      "Enak saja! Mana mungkin batal jika itu fakta," ujar Rima sembari melempar boneka beruang ke wajah Nita.
      Tak kalah garang, Nita membalas lemparan Rima. Tingkah kedua mahasiswa jurusan Hukum itu persis bocah cilik berusia 5 tahun. "Penilaianmu itu subyektif."
      "Jika begitu buktikan sekarang juga. Atau, kau takut?"
      "Siapa takut? Mana timbangan digitalmu? Kau akan melihat bakat alami keluargaku. Tak pernah naik berat tubuh sekilogram pun walaupun menyantap banyak makanan berlemak jenuh dan manis. Motto kami, lemak jenuh itu lezat nian. Gula ialah sahabat ketika depresi."
      Rima mencibir. "Aku tak percaya. Logika dari mana itu? Yang namanya lemak jenuh, jika disantap, ya jadi lemak tubuh." Ia pun menjawil pinggang Nita. "Nah, ini tabungan lemak jenuh."
      Nita pun langsung menampar tangan jail itu. "Tak perlu banyak cakap. Mana timbangan digitalmu?"
      Rima malah berbaring. Selambat gerakan kukang, ia menunjuk lemarinya. "Ada di rak terbawah."