Mohon tunggu...
Si Penjelajah Dunia
Si Penjelajah Dunia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Regional Manager

Saya alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, pada tahun 2008 sampai 2012 bekerja di atas kapal pesiar Holland America Line-Dianthus International. Saat ini saya telah selesai memperoleh gelar Magister Humaniora di STF Driyarkara. Selamat menikmati kisah-kisah di berbagai kota yang sempat saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Batumi, Kota di Tepian Laut Hitam

27 Januari 2017   13:56 Diperbarui: 27 Januari 2017   14:09 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernah mendengar sebuah kota bernama Batumi? Salah satu kota modern di Laut Hitam yang menyimpang berbagai tempat wisata dan pengalaman baru bagi para penjelajah dunia.

Saya berkunjung pertama kali ke Kota Batumi  para tanggal 28 September 2009, tepatnya satu tahun lebih satu bulan setelah perang Russo-Georgian. Bagi para peminat sejarah, perang Russo-Georgian merupakan Perang Eropa pertama di abad 21. Perang ini melibatkan pertempuran antara Georgia, Rusia, dan Republik Ossetia Selatan yang mendapat dukungan Rusia saat memproklamasi kemerdekaannya dan Abkhazia. Perang Russo-Georgian berlangsung pada bulan Agustus 2008 dan terjadi di wilayah penting Transcaucasia.

Jalan rusak yang lambat laun mengalami perbaikan di Kota Batumi
Jalan rusak yang lambat laun mengalami perbaikan di Kota Batumi
Kota Batumi sendiri merupakan kota terbesar kedua di Georgia. Republik Georgia sendiri merdeka pada tahun 1991 setelah Uni Soviet runtuh. Kota Batumi berbatasan dengan Laut Hitam dan terletak di barat daya Republik Georgia. Batumi dikenal sebagai tempat wisata populer karena mempunyai iklim yang hangat pada musim panas dengan pantai yang ramai dikunjungi. Akan tetapi menjelang musim dingin, tidak heran jika kita melihat kota ini diselimuti salju karena wilayah ini masuk dalam iklim subtropis lembab.
Salah satu hotel di sudut Kota Batumi
Salah satu hotel di sudut Kota Batumi
Kota Batumi dikenal dengan industri pariwisata dan tempat perjudian. Akan tetapi kota ini juga merupakan kota pelabuhan penting serta industri modern. Saat saya berkunjung pada tahun 2009, pembangunan belum terlalu terasa di kota ini. Insfrastruktur jalan masih banyak yang rusak. Akan tetapi ketika saya berkunjung kemudian kota ini mulai berbenah dan bertransformasi menjadi kota modern.

Meskipun kota ini bisa dibilang kota modern, tapi saya masih menemukan berbagai bangunan tua abad ke-19. Bangunan-bangunan tua bersejarah ini merupakan bagian dari kota tua Batumi. Bangunan-bangunan ini menjadi tempat wisata yang menarik ketika berkunjung ke Batumi.

Perang yang menghabiskan banyak energi bagi negara Georgia ketika saya berkunjung pada tahun 2009. Saya menemukan banyak infrastruktur terutama jalan yang rusak. Saya masih ingat saat itu banyak anak kecil yang meminta-minta uang pada turis. Tidak segan saat ingin mendapatkan uang 1 USD, mereka tidak rela bergelantungan di kaki saya.

Alun-Alun Europe
Alun-Alun Europe
Hotel belum terlalu banyak yang beroperasi saat itu bahkan rumor yang beredar, Ms. Prinsendam dibawah komando Kapten Halle Thon Gundersen adalah kapal pesiar pertama yang berkunjung di Batumi pada tahun 2009.

Di Kota Batumi, saya sempat berkunjung ke Alun-Alun Europe (Europe Square). Di alun-alun ini saya bisa melihat berbagai gedung tua peninggalan abad ke-19. Ketika itu Kota Batumi merupakan kota pelabuhan bebas yang menjadi rute pengiriman minyak Kaspia ke Eropa. Kota ini berkembang berkat investasi dari berbagai orang Eropa seperti Nobel dan Rothschild.

Monumen Medea di Alun-Alun Europe
Monumen Medea di Alun-Alun Europe
Di Alun-alun ini saya juga menemukan istana dengan jam astronomi dan yang utama adalah Monumen Medea yang terletak di tengah-tengah alun-alun. Monumen Medea ini dirancang oleh Davit Khmaladze dan dibangun pada tahun 2007.

Dalam mitologi Yunani, Medea adalah putri dari Raja Aieti. Ia adalah raja di Kolkheti yang saat ini wilayah tersebut dikenal sebagai Georgia Barat. Kisahnya adalah Medea membantu Jason, pemimpin Argonauts, untuk mencuri bulu domba emas dari ayahnya. Bulu domba emas merupakan simbol kekuasaan dan kerajaan.

Orang-orang Kolkheti saat itu memang dikenal mempunyai keahlian dalam mengolah logam, jauh sebelum keterampilan itu dikenal oleh orang-orang Eropa. Hal inilah yang menarik para pedagang dan petualang dari Yunani, salah satunya Jason pemimpin Argonauts untuk mencari sumber alam terutama emas. Legenda Jason dan bulu domba emas terkait erat dengan cara orang Kolkheti dalam mengolah emas. Bulu domba yang dilekatkan di kayu menyebabkan partikel emas melekat ketika diletakkan di sungai. Bulu domba itu kemudian digantung dan dikeringkan kemudian disisir agar partikel emas tersebut keluar.

img-2181-588aeebadd937399042851c2.jpg
img-2181-588aeebadd937399042851c2.jpg
Tidak jauh dari Alun-alun Eropa dan dekat dengan Teater Batumi, saya menemukan monumen Ilia Chavchavadze. Monumen ini merupakan monumen terkenal yang juga menjadi tempat wisata yang patut dikunjungi oleh para penjelajah dunia. Ilia Chavchavadze adalah bapak Georgia modern dan dihormati sebagai Bapak Bangsa Georgia. Ia adalah pelopor gerakan kebangkitan nasional  pada paruh kedua abad ke-19.

Ilia Chavchavadze memperjuangkan kebangkitan penggunaan Bahasa Georgia, budaya sastra Georgia, dan kebangkitan negara Georgia. Dia dibunuh pada tahun 1907 dalam perjalanan dari Tbilisi ke Saguramo.

Penyelidikan dilakukan pemerintah Soviet dan menyimpulkan bahwa polisi rahasia Tsar telah terlibat dalam pembunuhan. Akan tetapi dengan berbagai penemuan dokumen baru, pembunuhan Ilia Chavchavadze rupanya dilakukan oleh faksi Menshevik dan Bolshevik dari Partai Sosial Demokrat. Alasannya karena Ilia Chavchavadze mengecam pandangan revolusioner mereka.

Ibu Negara Sandra Elisabeth Roelofs sedang berbincang dengan Kapten Halle Thon Gunderson didampingi Hotel Manager Francois Birarda
Ibu Negara Sandra Elisabeth Roelofs sedang berbincang dengan Kapten Halle Thon Gunderson didampingi Hotel Manager Francois Birarda
Saya sangat beruntung saat itu berkunjung ke Batumi bisa melihat langsung ibu negara Georgia, Sandra Elisabeth Roelofs. Sandra Elisabeth Roelofs berdarah Belanda yang lahir di Terneuzen, Netherlands dan menikah dengan Presiden Mikheil Saakashvili. Saat itu ia berkunjung ke Ms. Prinsendam dalam rangka memperkenalkan pariwisata di Kota Batumi.

Kunjungan saya pertama kali ke Kota Batumi menggunakan jaket dengan tulisan “Holland”. Pantas saja para penduduk saat itu melihat saya menggunakan jaket berwarna oranye khas negeri belanda datang menyapa dan berkata bahwa ibu negara Georgia juga berasal dari Belanda.

Atraksi tarian tradisional Georgia yang memukau
Atraksi tarian tradisional Georgia yang memukau
Kunjungan langka dari ibu negara Georgia membawa peristiwa langka dan istimewa bagi para turis yang berkunjung di Kota Batumi. Di depan kapal tersedia berbagai tarian tradisional Gerogia yang unik dan menarik dibawakan oleh anak-anak muda Georgia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun