Mohon tunggu...
Dian Kelana
Dian Kelana Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengelana kehilangan arah

www.diankelana.web.id | www.diankelanaphotography.com | www.diankelana.id

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pencuri Itu Kubiarkan Pergi

28 Desember 2012   22:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:53 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selagi asyik online Selasa sore, istri saya yang baru pulang dari pasar dan masih berdiri di depan warung bertanya, "ayah menjual tas berwarna coklat? katanya sambil matanya menatap awas ke seseorang yang berjalan menjauh dari warung kami.

"Nggak, kenapa?

"Itu tas coklatnya di ambil sama orang yang memakai baju warna merah itu!"   katanya sambil menunjuk kearah utara jalan.

Awalnya saya tak begitu yakin dengan apa yang dikatakannya, tapi karena didesak, akhirnya saya bangun juga dari kursi di depan komputer dan berjalan keluar warung.

"Ayo buruan ayah!"

Sayapun semakin bergegas, sampai diluar warung istri saya menunjuk seorang laki-laki berkaos polo warna merah, sambil dua tangannya memegang tas yang dimaksudkan istri saya dibagian depan tubuhnya, agar tak begitu kelihatan dari tempat kami berdiri.


Saya lalu mengejar pria yang tubuhnya cukup jangkung  dan juga memakai topi itu. Warga sekitar yang melihat saya berlari bertanya dengan setengah berteriak, "ada apa pak Dian?

"Itu ada orang......" saya tidak melanjutkan kalimat saya, karena bila saya lanjutkan dengan kata "mencuri ....." maka saya yakin warga yang bertanya itu dan yang lainnya, akan ikut mengejar membantu saya menangkap pencuri itu.

Jarak antara saya dengan si pencuri sekitar seratusan meter, karena dia hanya berjalan biasa walau dengan langkah yang lebih panjang karena orangnya jangkung, saya bisa memperpendek jarak dengan dia. Ketika jarak kami tinggal sekitar lima puluh meter, si pencuri berbelok masuk ke jalan Mandala Utara III yang sebenarnya hanya sebuah gang dengan lebar 1,5 meter. Agar tak kehilangan jejak, saya lalu mempercepat lari seperti sprinter Carl Lewis mengejar medali emas 100 meter di lapangan athletik Olimpaiade 2004.

Saya tidak tahu, apakah si pencuri sadar bahwa dia tengah saya kejar atau tidak. Yang pasti begitu saya sampai di mulut jalan Mandala Utara III, saya melihat si pencuri berhenti di warung rokok Bang Jali yang hanya beberapa meter di sebelah kanan mulut gang.

Saya masih sempat melihat tas yang dicurinya itu diletakkan diatas peti yang ditumpangkan diatas bak sampah di depan rumah dekat warung. Setelah menggeletakkan tas disana, si pencuri lalu melangkah empat langkah ke warung bang Jali seakan mau berbelanja.

Tanpa berpikir panjang lagi sambil lewat di belakang  si pencuri yang tengah menghadap ke warung,  saya lalu mengambil tas yang diletakkan diatas peti tersebut.

"Saya ambil lagi ya!" kata saya  melihat kepada si pencuri sambil berjalan lagi melewati punggungnya.
"Mau bayar nih! kata si pencuri. Saya tidak tahu apakah perkataannya itu ditujukan kepada saya atau kepada si pemilik warung, saya tidak mempedulikannya, karena saat bicara itu dia tidak melihat kepada saya, tapi sambil menunduk seakan tengah mencari uang di kantongnya. Saya terus berjalan pulang kerumah dibawah tatapan mata warga yang penuh tanda tanya menyaksikan apa yang terjadi. Ada beberapa orang yang bertanya, tapi saya tidak menjawabnya, karena saya masih memikirkan keselamatan si pencuri. Saya tidak ingin si pencuri itu dihajar atau dihakimi warga, yang pasti akan membuatnya babak belur, apalagi saat itu warga cukup ramai di jalan juga di mulut gang Tomang Tinggi 16 yang berhadapan langsung dengan jalan Mandala Utara III, dimana sipencuri masih berdiri di depan warung. Saya juga tidak ingin hal ini sampai ke polisi, karena akan membuat kasus ini akan semakin panjang yang pasti akan menelan biaya lebih besar dari harga tas yang gagal di colong oleh si pencuri.

Saya berjalan pulang dengan langkah cepat dengan harapan tidak ada orang yang bertanya apa yang tengah terjadi. Sampai di rumah saya menyerahkan tas itu kepada istri saya, lalu dia menceritakan bagaimana dia mengetahui peristiwa pencurian itu.

Saat berjalan pulang dari pasar, sekitar seratus meter lagi dari rumah dia melihat seseorang berjalan meninggalkan warung kami. Kecurigaannya timbul karena orang tersebut membawa salah satu tas dagangan kami  yang dipegang dengan dua tangan di depan orangnya, sehingga tak terlihat dari belakangnya. Melihat kejadian itu istri saya mempercepat langkahnya pulang kerumah, setelah sampai dia langsung bertanya apakah saya baru saja menjual tas coklat. Ketika saya jawab tidak, dia langsung menunjuk si pencuri tersebut. Lalu bagaimana istri saya langsung curiga bahwa tas tersebut di curi?

Setiap kami menjual apapun barang dagangan yang ada, kami selalu memberi tas plastik untuk membungkus barang tersebut. Begitu juga setiap ada tas yang terjual, kami selalu mengeluarkan isi tas tersebut yang terdiri dari kertas koran bekas atau plastik bekas, yang sebelumnya memperlihatkan tas itu seperti dalam keadaan penuh terisi.  Begitu juga melepaskan plastik transparan yang melindungi tas tersebut dari debu

Karena si pencuri membawa tas itu dalam keadaan utuh tanpa dibungkus dengan plastik hitam dan juga isinya tidak dikeluarkan, maka timbullah kecurigaan istri saya bahwa tas tersebut dicuri dari warung kami, dan apa yang dirasakannya itu benar, sehingga gagallah pencuri tersebut menikmati barang curiannya, dan syukurnya dia juga terlepas dari amukan masa yang ada disekitar tempat kejadian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun