Mohon tunggu...
Simulations
Simulations Mohon Tunggu... Bahasa dan Budaya

Pemerhati Bahasa dan Budaya

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Suku Tertua di Simeulue?

20 Agustus 2025   16:45 Diperbarui: 20 Agustus 2025   16:45 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suku tertua di Simeulue adalah suku Simolol, dan bahasa tertua yang digunakan adalah bahasa Simolol. Bahasa Simolol telah dikenal sejak abad ke-13 sebagai bahasa utama masyarakat Kerajaan Inovalu (kemudian dikenal sebagai Kerajaan Simolol), yang merupakan kerajaan tertua di pulau ini (Rajasani, 1975; Datuk Nyak Sidih, 1975). Bahasa ini termasuk dalam rumpun Austronesia, dan pertama kali didokumentasikan oleh peneliti Belanda H.T. Damst dalam Simaloeresche Texten (1916), serta oleh Hans Kahler dari Jerman dalam kamus Simalur-Deutsch (1961). 

Nama Simeulue memiliki makna yang dalam dan berasal dari berbagai versi literatur review dan penelitian terdahulu. Meskipun terdapat berbagai varian penyebutan seperti Simolol, Simaloer, Meuluer, Maloeh, Meulue, dan Simeulue semuanya merujuk pada satu sosok penting dalam sejarah budaya masyarakat Simeulue, yaitu Putri Meulue.

Putri Meulue (juga dikenal sebagai Putri Maloeh, Putri Simeulue, atau Putri Simaloer) adalah tokoh perempuan yang sangat dihormati dalam kehidupan masyarakat Simeulue. Ia sebagai simbol asal usul pulau ini, dan bahkan nama "Simeulue" itu sendiri berasal dari namanya, sesuai dengan penjelasan tulisan-tulisan zaman kolonial Belanda yang jadi referensi kuat penamaan dan istilah-istilah tersebut. Penjelasan Damste (1916) "Pulau Simaloer, yaitu Simeuloee dalam bahasa Aceh, Simaloer dalam bahasa Melayu, atau dalam bahasa asli: Simoeloel. Dalam bahasa negeri (yakni bahasa asli penduduk setempat) disebut 'Simoeloel'."

Dalam catatan Westenenk (1904) yang pernah mengunjungi masyarakat pulau Simeulue, menceritakan dalam tulisannya yang yaitu, "Putri Simaloh menikah dengan seorang ulama besar yang berasal dari Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat, yaitu Tengku Khalilullah, yang dikenal juga sebagai Tengku Diujung. Tengku Khalilullah adalah sosok penting dalam sejarah Islamisasi Simeulue. Ia menyebarkan ajaran Islam di pulau ini dan melalui pernikahannya dengan Putri Meulue, terbentuklah ikatan antara kebudayaan lokal dan agama Islam yang sangat kental hingga saat ini.

Dalam bahasa Simeulue sendiri, istilah "Simolol" memiliki arti atau makna yang berkaitan dengan "tempat yang terlihat" atau "muncul ke permukaan," yang bisa ditafsirkan secara simbolik sebagai kemunculan tokoh penting atau wilayah yang menonjol sebagai pusat utama. Oleh karena itu, baik secara linguistik maupun mitologis, istilah-istilah ini tetap berakar pada satu asal-usul makna yang sama yakni penamaan pulau ini dari sosok Putri Simaloh, (Westenenk, 1904).

Menurut catatan Damste (1904) istilah Simeulue memiliki beberapa penamaan berdasarkan dialek dari penuturnya dalam catat sejarah. Ia memberikan pembagian berdasarkan dialek tersebut yaitu Simolol penamaan untuk penduduk asli Simeulue, Simaloer penamaan dari orang Melayu dan Belanda, dan Simeulue penaaman dari kerajaan Aceh. Jadi istilah Simolol-Simaloer-Simeulue merujuk pada satu makna yaitu Simeulue saat ini yang dikenal sebagai gugusan pulau di bagian barat Sumatera.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun