"Fina saja yang di sini. Pastikan peserta yg sudah ada tidak pergi lagi. Nanda, kamu makan saja dulu. Biar Kak Yulia saja yang hubungi panitia di bawah untuk umumkan peserta debat."
"Tidak apa-apa, Kak? Dari tadi Kak Yulia naik turun lantai 3. Tuh sampai mandi keringat."
Aku tak mendengar jawaban Yulia. Keriuhan permainan futsal di lantai 1 membahana. Sepertinya ada yang menyarangkan bola.
Mataku mengekor Yulia yang meninggalkan ruang serba guna. Partisipasiku sebagai juri debat memberikan sudut pandang yang lain tentang dia.
"Mestinya aku cari cara agar dia pun belajar Bahasa Inggris seantusias dia mengelola lomba ini,' pikirku.
Aku termenung. Selama ini pandanganku tentang Yulia hanya dari nilai-nilai Bahasa Inggris yang kupakai sebagai ukuran untuk menakar kualitasnya.
"Mesti kucari caranya," gumamku.*** (Bandung, 29 Desember 2019)