Setiap hari saya bangun pagi, terburu-buru mandi, mengecek notifikasi, membalas pesan, membuka laptop, mengerjakan tugas kuliah, membuat catatan ini-itu, lalu kembali ke tempat tidur dengan rasa lelah yang luar biasa. Namun, anehnya, saya sering bertanya: "Hari ini saya sebenarnya ngapain aja, ya?"
    Banyak dari kita merasa super sibuk seolah waktu sehari 24 jam tidak cukup. Tapi saat malam tiba, kita merasa kosong. Tidak ada satu pun pencapaian berarti. Tidak ada progres yang terasa. Yang ada hanya daftar panjang hal yang belum sempat dilakukan.
Sibuk Tidak Sama dengan Produktif
    Sibuk artinya melakukan banyak hal. Produktif artinya menyelesaikan hal yang penting. Kadang kita terjebak dalam kesibukan yang semu, scroll media sosial dengan alasan "riset", mengerjakan tugas tanpa hasil, atau merespon semua notifikasi seolah itu adalah panggilan darurat hidup kita.
    Seorang penulis pernah bilang: "Kamu bukan hanya bertanggung jawab pada waktu yang terbuang, tapi juga pada energi yang kamu arahkan ke hal yang sia-sia." Kita pikir kita bekerja, padahal kita hanya sibuk terlihat bekerja.
"Pagi ini saya membuka email, lalu berpindah ke WhatsApp grup kelas, lalu ke Instagram. Tiba-tiba jam sudah menunjukkan pukul 11.00. Belum ada satu pekerjaan pun yang benar-benar saya selesaikan."
"Saya ikut rapat Zoom hampir 2 jam, tapi tak ada follow-up. Bahkan notulensinya pun tidak saya simpan. Apakah itu produktif? Tidak. Tapi saya merasa sibuk."
Multitasking Membunuh Fokus
   Kita bangga bisa membuka 10 tab sekaligus. Tapi kenyataannya, otak manusia tak dirancang untuk benar-benar multitasking. Kita kehilangan deep focus. Hasilnya: semua dikerjakan, tapi tidak satu pun dikerjakan dengan tuntas dan bernilai.Â
   Kebiasaan Sibuk yang Salah:
- Terlalu sering bilang "iya" ke semua permintaan
- Tak punya to-do list yang jelasÂ
- Tidak tahu mana yang penting vs mendesakÂ
- Sering membandingkan diri dengan kesibukan orang lain
   Hari ini, saya mulai mengubah cara pandang. Bukan lagi soal seberapa banyak yang saya lakukan, tapi seberapa bermakna yang saya lakukan. Saya mulai dari hal sederhana: membuat 3 prioritas utama per hari, mengevaluasi waktu yang terbuang, dan belajar berkata "tidak" pada hal-hal yang tidak perlu.