Mohon tunggu...
Vsiliya Rahma
Vsiliya Rahma Mohon Tunggu... Lainnya - Seseorang yang suka bermain dengan kata (🕊ϚìӀѵìą འ ą հʍ ą ա ą է ì🕊)

Manusia yang tak luput dari dosa dan hina

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pendosa Tak Pantas Hidup

24 November 2020   09:16 Diperbarui: 24 November 2020   09:20 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Kenapa tak terpikirkan sebelumnya," gumamku bermonolog.

"Aku hanya perlu mencari pintu yang handle pintunya lebih bersih dari pintu yang lain." Ya, kelima pintu itu memiliki pegangan semua. Jika Tasya membawa masuk Kesi ke salah satu pintu itu, berarti debu yang menutupi handle pintu pasti sedikit terangkat. Dan itu membuatnya lebih bersih dari yang lain.

Tanganku kini meraba setiap handle pintu, memastikan adakah debu di sana. Aku menghela napas kecewa, ketika kelima pintu itu sama kotornya. Ah, Tasya benar-benar telah mempersiapkan semuanya dengan matang. Gadis itu mungkin sudah memperkirakan bahwa aku akan berpikir begitu.

Kusandarkan tubuhku pada pintu, aku benar-benar lelah dan putus asa. Apa yang akan terjadi sekarang, haruskah aku menyerah?

"Aaa!" jeritku, ketika seekor laba-laba berjalan indah di leher milikku. Segera kutepis hewan itu, melangkah mundur dari daun pintu.

"Bagaimana bisa laba-laba itu ...." Ucapanku terjeda ketika aku menyadari sesuatu. Kembali kuamati kelima pintu di depanku, terdapat sarang laba-laba di sudut pintu dengan ukuran tak terlalu besar. Dan hanya pintu keempat yang sarang laba-labanya tidak utuh. Itu berarti ada yang melewatinya hingga rumah hewan yang masuk dalam filum arthropoda itu rusak.

Kedua mata terpejam, mencoba meyakinkan diri bahwa pilihan itu benar. Tangan menggenggam handle pintu, bersiap menariknya ke bawah hingga pintu itu terbuka. Decitan pintu kini terdengar, cahaya remang-remang kini mendominasi penglihatan. Mataku membelak ketika melihat pemandangan di depanku.

"Tasya!" Gadis yang berdiri membelakangiku itu sontak saja menoleh. Raut wajahnya terlihat terkejut, hingga pisau di tangannya terjatuh ke lantai.

"Aku tidak menyangka, kamu bisa berbuat seperti itu," ucapku kecewa. Gadis itu hanya menggeleng, mencoba mengelak. Kulirik gadis di belakangnya, dia Kesi. Kondisinya begitu mengenaskan, tubuhnya terikat, luka memar terlihat di beberapa bagian tubuhnya. Dan sepertinya gadis itu pingsan.

"Kenapa kamu melakukan ini?"

"Aku ...."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun