Mohon tunggu...
Silvany Dianita
Silvany Dianita Mohon Tunggu... Psikolog - Pranata Humas Ahli Muda BPSDM Kemendagri dan Psikolog Klinis

When you care for yourself first, the world will also find your worthy of care.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Belajar Hidup dari Kemacetan

31 Mei 2022   12:55 Diperbarui: 10 Juni 2022   15:02 1393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pengendara sepeda motor terjebak macet di jalan. Foto: Kompas.com/Garry Lotulung

Pandangan akan sebuah kehidupan yang berliku bukanlah hal yang muluk namun ini berdasarkan kondisi yang ada. Namun, perlu disadari berlikunya kehidupan seperti mengendarai sebuah kendaraan yang tidak selalu lurus akan ada arah dan rambu tertentu yang hendak kita taati agar sampai kepada tujuan. Bagaimana bila kita mengabaikan ? Bisa saja, namun akan memaksakan kondisi diri untuk menghadapi kenyataan yang tidak sesuai dengan harapan.

2. Kita hidup bukan hanya seorang diri karena ada orang-orang di sekitar kita yang juga perlu kita pedulikan

Hal ini mengajarkan kepada kita untuk bisa saling peka terhadap kondisi yang ada disekitar kita. Perluaslah pandangan kita kepada hal yang ada disekitar agar kita tetap waspada dan memahami keadaan tersebut bisa kita tempuh atau tidak.

3. Hidup seperti mengemudi, ada kontrol yang perlu kita pegang sesuai dengan kapasitas kita jika kita tahu batasannya

Kerap kali kita memaksakan kondisi di luar batasan sampai perlu mengesampingkan kondisi dasar kita sendiri seperti kesehatan diri sendiri. Tentunya hal ini tidak sehat jika terlalu dipaksakan. Memaknai kehidupan seperti mengemudi, mendidik kita untuk bisa belajar mempercayai kondisi diri sebagai pemegang kendali yang utama karena kita yang tahu siapa dan apa kekuatan yang dimiliki sesungguhnya. 

4. Toleransi terhadap hal yang memang kita izinkan 

Seberapa tolerankan diri kita terhadap diri sendiri bahkan untuk kondisi di luar diri kita, apakah kita cukup mudah mengatakan bahwa saya sudah cukup toleran, atau justru belum toleran sama sekali. Sering kali, kita terlalu mudah toleran terhadap kondisi di luar diri sendiri. Sebagai contoh, kita sering bertanya mengapa kita sering kali dimanfaatkan oleh orang lain ? kenapa orang lain sering kali memanfaatkan saya saat mengerjakan tugas kuliah  sementara yang lain terlihat santai saja? 

Mungkin jawabannya adalah ketika kita toleransi terhadap suatu perilaku secara tidak kita sadari orang tersebut akan terus melakukan hal tersebut kepada diri kita. Hal ini disebabkan kita tidak mengenal batasan toleransi yang jelas akan kemampuan diri. Oleh karena itu, kita perlu mengenal apa batasan toleransi kita dan tidak berhadap orang lain untuk mentolerir batasan kita karena orang lain tidak bertanggungjawab atas dirimu sendiri.

5. Fokuslah terhadap tujuan 

Ketahuilah saat kita berkendara maka akan ada tantangan untuk dapat memfokuskan terhadap apa yang sedang kita kendalikan. Fokus kita saat tangan ada dikemudi, mata kita akan fokus pada jalanan, oleh karenanya, kuasailah apa yang menjadi fokusnya.

6. Nikmati perjalanan sebagaimana mestinya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun