Mohon tunggu...
Hendra Fokker
Hendra Fokker Mohon Tunggu... Guru - Pegiat Sosial

Buruh Kognitif yang suka jalan-jalan sambil mendongeng tentang sejarah dan budaya untuk anak-anak di jalanan dan pedalaman. Itu Saja.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Arti Cinta dari Tan Malaka

1 April 2024   08:00 Diperbarui: 1 April 2024   08:04 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Buku karya Matu Mona (sumber: dokpri)

Siapa yang tidak kenal seorang tokoh fenomenal ini? Tan Malaka dianggap sebagai tokoh lintas zaman yang sanggup memberi dampak besar bagi bangsa Indonesia. Tak lain karena pemikirannya yang revolusioner pada zamannya. Tentunya demi Indonesia merdeka.

Tan Malaka, dianggap sebagai Bapak Republik, karena perjuangannya dalam menentang kolonialisme. Baik pada masa Belanda, hingga Jepang. Pun tatkala Indonesia merdeka, beliau memberi kontribusi yang luar biasa dalam menentukan arah bangsa.

Arah bangsa yang dimaksud adalah, soal sistem pemerintahan. Telah lama Tan Malaka memberi gagasan sistem pemerintahan Republik dengan berbagai pendekatan historisnya. Hal itu dituangkannya dalam buku berjudul Naar de Republiek Indonesia pada tahun 1922.

Tan Malaka, lahir di Pandang Gadang, Lima Puluh Koto, Sumatera Barat, pada bulan Juni 1896. Lingkungannya sarat dengan nuansa religi, dengan pengaruh ibunya yang memiliki darah bangsawan. Tan kecil pun dikenal dengan nama Ibrahim.

Kala sekolah di Kweekschool (SMA) Bukittinggi, Ibrahim dikenal sebagai anak yang cerdas. Hal inilah yang membuat teman-teman sebaya takjub dan sempat menaruh hati. Pun dengan Ibrahim, yang diam-diam menyukai seorang perempuan bernama Syarifah Nawawi.

Tan kecil kerap kedapatan bertemu dengan Syarifah, walau sekedar diskusi perihal tugas sekolah. Namun, rasa cintanya tak berlangsung lama. Usai lulus sekolah, Ibrahim yang hendak diberi gelar Datuk, justru memilih menghindar. Inilah titik balik dirinya.

Keluarganya pun memberi dua pilihan, menerima gelar atau dinikahkan dengan perempuan pilihan keluarga. Pada akhirnya Ibrahim pun hanya memilih menerima gelar Datuk. Namun tidak untuk pilihan kedua. Ia masih menaruh hati dengan Syarifah.

Kehidupannya mulai berubah, sejak keluarganya menghendaki Ibrahim untuk melanjutkan sekolah di Eropa pada tahun 1913. Kisah asmaranya pun tetap dibawanya ke Belanda, dengan segudang aktivitas perjuangannya demi bangsanya.

Pada tahun-tahun pertama, Tan Malaka masih kerap menulis surat untuk Syarifah, namun hal itu berakhir. Lantaran kabar mengenai lamaran a.n Bupati Cianjur RAA. Wiranatakusumah dengan Syarifah didengarnya.

Peristiwa inilah yang makin membuatnya makin giat dalam kelompok komunis internasional. Ia kecewa, dengan sikap para kaum feodal, yang kerap bertindak semena-mena terhadap rakyat. Kiranya demikian yang diungkap oleh Syafruddin Munir dalam Tan Malaka; Kisah Cinta dan Pemikiran-Pemikirannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun