Mohon tunggu...
Firsty Ukhti Molyndi
Firsty Ukhti Molyndi Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger

Seorang blogger tuna daksa dari Palembang. Memiliki minat tulis-menulis sejak kecil. Menulis berbagai problematika sehari-hari dan menyebarkan kepedulian terhadap kaum disabilitas. Blog: www.molzania.com

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Belajar Arti Bersyukur dari Mimpi yang Belum Terkabul

11 Maret 2024   14:58 Diperbarui: 13 Maret 2024   16:55 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah susah payah berdoa namun belum dikabulkan Allah SWT. Seringkali manusia receh sepertiku merasa sedih. Padahal kalau dipikir-pikir lagi, kita tak akan sanggup menghitung nikmat-Nya.

Manusia memiliki banyak sekali mimpi. Termasuk aku. Ingin jalan-jalan gratis ke luar negeri. Dapat followers jutaaan. Membahagiakan keluarga. Bertemu jodoh impian. Namun belum semua dapat kuwujudkan. 

Dalam buku "Dream, Du'a, Do" karya Ruzina Ahad disebutkan bahwa kebanyakan mimpi kita masih bersifat keduniawian. Dunia ini memang sedemikian melenakan. 

Beda jauh jika dibandingkan dengan para sahabat Rasulullah. Mereka menginginkan kehidupan surgawi. Itulah kenapa mereka lantas berlomba-lomba beribadah dan mencari peluang pahala. 

Akan tetapi dari sisi Allah yang Maha Pengasih, doa yang kita panjatkan tetap dihitung. Satu, sebagai penggugur dosa. Dua, akan dikabulkan sekarang. Tiga, dikabulkan nanti pada saat yang tepat.

Menunggu itu pekerjaan yang membosankan. Pun sering kali rezeki itu datang dari arah yang tidak terduga. Jadi sebaiknya apa yang mesti kita lakukan? Ya, terus saja berdoa. Toh, berdoa itu gratis.

Dampak media sosial, bikin semua orang bisa mengunggah pencapaian masing-masing. Orang lain yang melihat unggahan tersebut, yang memiliki mimpi yang sama, lantas menjadi iri hati atau bersedih. 

Semua itu sering kali kualami dari waktu ke waktu. Terkadang malah membuat jadi tidak bersyukur. Dengan apa yang sudah kita punya saat ini. 

Aku yakin banyak yang mengalaminya. Bahkan tak segan melontarkan kalimat yang tak pantas. Hal tersebut bisa kita saksikan lewat kolom komentar. Perilaku netizen Indonesia yang gemar menggunakan akun anonim atau privat.

Jadi solusinya bagaimana? Dari buku itu pula aku mengetahui. Alih-alih iri dengan pencapaian orang lain, mengapa tidak kita menyibukkan diri dengan merajut mimpi-mimpi kita. Maksudnya kita membuat langkah kecil untuk mewujudkan mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun