Mohon tunggu...
Silva Ahmad F
Silva Ahmad F Mohon Tunggu... Guru - Penulis Pemula

Kesadaran adalah matahari, kesabaran adalah bumi, keberanian menjadi cakrawala, dan perjuangan adalah pelaksanaan kata-Kata (WS Rendra. Depok, 22 April 1984)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Warisan "Hidup" Gus Dur

26 April 2019   06:00 Diperbarui: 26 April 2019   15:31 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
[ARSIP FOTO] Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mendengarkan pertanyaan wartawan saat menyampaikan

Meskipun jasad beliau terbaring di Tebuireng, Gus Dur tak pernah benar-benar meninggalkan dunia ini. Beliau masih hidup, bahkan berkeliaran di sepanjang jalan dalam raga yang lain.

Ini bukan tentang klenik atau sesuatu yang bersifat gaib, yang lebih ingin ditekankan oleh penulis adalah tentang warisan Gus Dur bagi masyarakat Indonesia.

Kerinduan dan kecintaan membuat banyak orang yang tanpa diminta pun mereka akan bersukarela untuk meneruskan jejak langkahnya dalam berbagai bentuk perjuangan. Pemikiran dan perjuangannya diteruskan oleh orang-orang yang merasa sebarisan dengan Gus Dur, tanpa memandang suku, agama, maupun golongan. Semua sekat melebur dalam sebuah pemikiran yang sama bernama kemanusiaan

Menurut Ahmad Tohari, pergulatan panjang Gus Dur selama hidupnya adalah membudayakan agama, bukan mengagamakan budaya. Dalam artian, ajaran agama sejatinya tidak terbatas pada aspek ritual dan legal-formal. Ajaran agama harus diamalkan secara nyata untuk kepentingan kemanusiaan di bumi. Kepentingan itu antara lain berupa pengakuan, kasih sayang, dan keadilan.

Teologi kemanusiaan ini bukan berarti mereduksi keyakinan akan eksistensi dan kemahakuasaan Allah sebagai dasar beragama. Teologi ini hanya mengaktualisasikkan keyakinan bahwa Allah adalah Zat yang Maha Mandiri. Ia tak perlu pembelaan sedikitpun dari makhluk-Nya karena ia sudah Maha segala. 

Kesalehan makhluk, bukan digunakan sebagai dasar untuk mengadili makhluk atas "ketidaksalehan" mereka. Tapi kesalehan ritual sejatinya harus berbuah kesalehan sosial. Makhluk lainlah yang mengambil manfaat dari kesalehan ritualnya. Dalam artian, semakin saleh seseorang, maka ia akan semakin bermanfaat bagi sekitarnya.

Kemanusiaan Gus Dur (insta.orenya.com)
Kemanusiaan Gus Dur (insta.orenya.com)

Warisan yang Harus Terus Hidup

Sayyidina Ali bin Abi Thalib pernah berkata, "yang bukan saudaramu seiman, adalah saudara dalam kemanusiaan." Pernyataan ini sangat tampak dalam perjalanan hidup Gus Dur. Beliau adalah tokoh yang tak pernah melihat latar belakang dari yang ditolongnya. 

Bagi beliau, kemanusiaan dalam bingkai persaudaraan adalah harga mati yang perlu diperjuangkan selama hayat masih dikandung badan.

Suatu ketika beliau pernah ditanya, "jika kelak dipanggil kembali oleh Tuhan, apa yang sebaiknya kita atau bangsa ini lakukan sebagai bentuk penghormatan untuk Gus Dur?". Beliau menjawab, "kalau saya meninggal, tulis saja di batu nisan saya 'Di sini terbaring seorang humanis'."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun