Mohon tunggu...
Wisnu Adhitama
Wisnu Adhitama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Jalani hidup hari ini dan rencanakan besok dan kedepan untuk berbuat sesuatu

Writer on sihitamspeak.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Demokrasi dan Adat Timur

6 Agustus 2015   18:47 Diperbarui: 6 Agustus 2015   18:47 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Menjadi bangsa yang berada di daerah bagian timur bumi menjadikan bangsa kita sebagai bangsa yang dinilai santun. Bangsa-bangsa timur dinilai pemikirannya lebih bersifat tertutup dibanding bangsa-bangsa yang berada di barat. Nilai dan norma sangat dijunjung tinggi dalam adat ketimuran. 

Namun kini nilai dan norma itu seolah memudar dan diganti oleh adat kebarat-baratan yang mengedepankan kebebasan setiap individu. Demokrasi, begitu orang-orang kini sebut. Demokrasi begitu diagungkan dan nilai kebebasan individu dalam berpendapat, berperilaku, dan meluapkan ekspresinya pun semakin meluas. Imbasnya budaya ketimuran semakin menghilang.

Akulturasi budaya antara timur dan barat ini melahirkan budaya yang baru. Di satu sisi budaya ketimuran masih dipakai namun kebanyakan yang masih memakai berada di daerah pelosok, sedangkan di kota budaya ketimuran cepat diganti oleh budaya barat. 

Saat saya memberi contoh nilai timur: mencium tangan guru dan orang yang lebih tua, tentu antara kota dan desa berbeda. Di desa budaya mencium tangan guru dan orang yang lebih tua serta orang tua tentu jamak ditemui, namun di kota saya susah untuk menemukannya. 

Degradasi nilai ini sebenarnya bagi saya adalah imbas negara kita memilih demokrasi sebagai sistem dalam ketatanegaraan. Demokrasi membuat orang bebas berpendapat namun kebebasan itu sering diartikan kebablasan (kelewatan). Arus informasi yang luas pun semakin memperparah keadaan degradasi akibat demokrasi ini.

Mencela, memaki, memfitnah menjadi hal yang lumrah ketika negara membebaskan orang untuk berbicara dan mengemukakan pendapatnya. Setiap orang merasa memiliki pemikirannya sendiri-sendiri dan banyak yang menganggap mereka sah-sah saja mengatakan begitu. 

Banyak kasus di internet, televisi, dan media cetak yang menggambarkan begitu bahayanya kebebasan dalam berpendapat ini. Bagi saya bangsa ini mengalami sebuah kemunduran. Mencela, memaki, dan memfitnah bagi saya adalah perbuatan orang yang tidak beradab dan pekerjaan orang yang bodoh. Kini kita bisa melihat itu dimana-mana, bahkan dikehidupan sehari-hari sering kita menemukan dan mungkin melakukan. 

Mengkritik boleh, namun harus santun dan cerdas. Yang membedakan kritik dan mencela adalah kritik sifatnya membangun namun tidak untuk menjatuhkan, namun mencela tujuannya adalah menjatuhkan meski mungkin inginnya membangun. Nenek saya mengajarkan bahwa untuk memberi tahu orang harus pelan-pelan dan jangan sampai ada kata-kata yang melukai perasaannya. 

Demokrasi bagi saya juga melahirkan orang-orang yang bebal, yang enggan di kritik dan gampang emosi. Para mahasiswa dan pendukung calon-calon pemimpin contohnya, hal sepele saja bisa membuat mereka naik pitam hingga melakukan anarkisme. Tentu itu bukan adat ketimuran yang saya tahu dan dapat selama ini dari keluarga dan lingkungan saya di kampung.

Pornografi yang semakin marak adalah imbas dari bebasnya dunia kita sekarang. Adat ketimuran memiliki norma yang disebut norma kesusilaan yang jelas-jelas melarang pornografi. 

Pemilihan dengan sistem voting bagi saya juga adalah hal yang buruk dari sistem demokrasi dan tidak sesuai dengan adat ketimuran. Memang susah melakukan musyawarah untuk mufakat dalam memilih pemimpin seperti presiden, namun sekarang tingkat desa saja bahkan RT/RW saja kini sudah mengimplementasikan sistem voting. Susah sekali saya menemukan musyawarah untuk mufakat dalam memilih pemimpin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun