Mohon tunggu...
Sigit
Sigit Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mimpi-mimpi yang menjadi kenyataan

Dibalik kesuksesan seorang anak ada doa ibu yang selalu menyertainya, kasih sayangnya takan pernah luntur, dan takan tergantikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jangan Sembarangan Menjuluki "Kutu Loncat" kepada Karyawan

13 Maret 2018   05:47 Diperbarui: 13 Maret 2018   10:31 3717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: kreativa.co.id

Namun perlu diketahui juga, seorang kutu loncat yang baik ternyata mempunyai hitung-hitungan yang sangat matang ketika memutuskan hengkang dari perusahaan tempat bekerja. 

Bisa dibilang bukan mereka tak punya rasa khawatir tentang nasibnya ketika harus pindah kerja, malahan mereka lebih khawatir karena beban dan risiko yang ditanggung sangat besar ketika pindah kerja.

"Untuk sebuah keberhasilan, saya berani dan siap menangung segala risiko yang akan terjadi nantinya." Begitulah ungkapan rekan kerja saya dulu, dalam kurun waktu 20 tahun bekerja di sebuah perusahaan, sudah 10 kali keluar masuk kerja. 

Artinya, ia hanya bertahan rata-rata 2 tahun saat bekerja pada sebuah perusahaan. Hampir tak percaya, namun itu kenyataanya. Toh dia sekarang lebih berhasil dari sebelumnya, mungkin karena sudah cukup pengalaman yang didapatnya selama ini.

Target seorang yang dianggap kutu loncat kadang membuat kita geleng kepala, dia hanya butuh waktu beberapa bulan saja untuk melakukan evaluasi. Konyolnya, evaluasi bukan diperuntukan untuk diri pribadi, melainkan terhadap kondisi pekerjaan dan tempat kerja. Mengapa saya berfikir demikian, ketika ia melihat peluang untuk pengembangan karir sangat kecil, maka mulailah ia mengatur strategi kembali.

Seorang yang biasa berpindah-pindah kerja, biasanya tidak perduli dengan status dan kedudukan yang diberikan oleh perusahaan. Apakah statusnya masih kontrak atau sudah permanen. Bagi mereka karir adalah segalanya, dengan begitu maka kenyamanan serta kesuksesan dalam bekerja akan mengikuti serta mudah di dapatkan.

Tidak melulu seorang yang suka berpindah-pindah kerja selalu bernasib baik, banyak juga suka duka yang mereka alami. Dan mereka sepertinya sudah siap dengan kondisi tersebut. Tak jarang juga saat interview terkadang malah mendapat cibiran yang seharusnya tidak dilakukan oleh pewawancara. 

Mereka tak segan menyebut "kutu loncat" bagi kandidat yang sedang mereka interview. Buat mereka mungkin bercanda, namun tidak buat seorang kandidat, untuk apa dipanggil kalau hanya untuk diolok-olok.

Hal itu juga membuat saya kadang deg-degan saat mengikuti interview kerja. Padahal saya baru dua kali pindah perusahaan, itupun dengan pengabdian lebih dari 5 tahun. Ada pertanyaan yang sering dilontarkan oleh pewawancara, bahkan user pernah bertanya langsung tentang hal ini. 

"Apakah jika ada perusahaan yang menawarkan gaji lebih tinggi dari perusahaan sekarang, Anda akan resign dan pindah ke perusahaan tersebut?" 

Berat, pertanyaan yang di lontarkan, jika seperti demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun