Mohon tunggu...
Sigit Eka Pribadi
Sigit Eka Pribadi Mohon Tunggu... Administrasi - #Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#

#Juara Best In Specific Interest Kompasiana Award 2023#Nominee Best In Specific Interest Kompasiana Award 2022#Kompasianer Terpopuler 2020#Menulis sesuai suara hati#Kebebasan berpendapat dijamin Konstitusi#

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Legacy Jokowi, Jadi "Bapak Infrastruktur" ataukah "Bapak Kesehatan" Indonesia?

18 September 2020   21:29 Diperbarui: 18 September 2020   21:37 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi "Bapak Infrastruktur" ataukah jadi "Bapak Kesehatan Indonesia"? Ya, begitulah kira-kira yang penulis ungkapkan terkait legacy Jokowi.

Seperti diketahui Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) telah mencanangkan visi dan misinya, agar Indonesia menjadi negara maju sebelum 2045 dan salah satu dari lima ekonomi terbesar di dunia.

Sehingga untuk mewujudkan visi dan misinya tersebut, Jokowi membangun berbagai proyek infrastruktur maupun proyek konstruksi.

Berbagai proyek infrastrukturpun dibangun, seperti, jalan Tol di berbagai wilayah, Kereta Moda Raya Terpadu (MRT), pembangunan bandara, pelabuhan, proyek ibukota baru dan proyek Infrastruktur lainnya.

Sehingga Jokowi membuka seluas-luasnya keterlibatan para investor asing, sebagai alat yang berguna untuk mempercepat rencana membangun infrastruktur dan mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa memengaruhi anggaran nasional.

Bahkan, Jokowi juga berhasil mendorong nasionalisasi proyek-proyek penting yang dikembangkan oleh luar negeri, mulai dari tambang emas dan tembaga Grasberg besar di Papua, yang sebelumnya dikendalikan oleh grup Amerika Serikat Freeport-McMoran, hingga blok gas Mahakam, yang sebelumnya dimiliki oleh Total Prancis.

Di sinilah kiranya Jokowi sebenarnya bisa dikategorikan sebagai pemimpin yang taktis dan strategis, berjuang untuk memastikan masa depan yang layak bagi rakyat.

Namun, ada yang patut disayangkan, kebijakan yang tidak konsisten masih menjadi sedikit kelemahan Jokowi, masih cenderung lompat dari satu masalah ke masalah lain.

Akan tetapi, bisa jadi itu bukan tanpa sebab, bisa dimungkinkan ada keterlibatan peran dari para pembisiknya, termasuk para pejabat yang ada di sekitarannya.

Sehingga terkadang publik jadi memberi penilaian minor, bahwa Jokowi itu keras kepala, kalau sudah memutuskan sesuatu, sangat sulit untuk mengubah pikirannya.

Lalu seiring waktu, tetiba pandemi COVID-19 datang melanda Indonesia, dan berpotensi menyulitkan pencapaian visi dan misi Jokowi, termasuk berpotensi menghambat mimpi Jokowi dalam rangka membangun "Jokowipolis" alias ibukota baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun