Para konesptor pelaku pemuja popularitas ini secara sadar telah melakukan dan menunjukan sikap tidak terpuji, arogan, pamer ataupun "riya" menganggap dirinya paling super, paling hebat, paling keren dan berbagai sikap tidak santun yang lainnya.
Jadi kalau sudah begini mau bilang masih punya harga diri, lalu mana, dimanakah letak harga dari dirinya sendiri itu, sudah tidak ada lagi, karena telah hilang bersama kepentingannya hanya demi menyembah popularitas.
Ironis, sungguh begitu sangat memperihatinkan, sebegitu murahkah harga HAM itu, sebegitu murahkah harga diri, harkat dan martabat orang lain itu hanya demi popularitas.
Boleh mencari popularitas dalam berkarya dan berkreatifitas seapik mungkin, tapi asal jangan membunuh hak orang lain, membunuh harga diri, harkat dan martabat serta melanggar HAM.
Oleh karenanya sudahlah, sudahi saja segala jenis Prank, Skull Breaker dan turunannya yang lain itu, hormatilah harga diri, harkat dan martabat orang lain itu, atau bahkan harga diri sendiri dari para konseptor pelaku.
Karena akhir dari semua ini hanyalah dapat dibangun dari upaya dari dalam diri sendiri yaitu, para konseptor pelaku, untuk mengakhiri Prank, Skull Breaker dan turunannya yang sejenis itu.
Karena bila sudah terjadi masalah ataupun persoalan akibat unsur kelalaian baik disengaja dan tidak disengaja ataupun dari dampak hukumnya, maka akan panjang urusannya, bahkan bisa saja masuk bui.
Diharapkan juga dalam hal ini  ada keterlibatan peran serta pihak pemerintah ataupun pihak berwenang yang lainnya, agar dapat kiranya segera mencari solusi untuk mengatasi kian maraknya perilaku Prank, Skull Breaker dan turunannya, yang semakin menggejala ini.
Semoga ada solusi yang terbaik.