Belajar bukan hanya tentang bagaimana seseorang menerima suatu materi dan memahaminya. Kegiatan belajar juga erat kaitannya dengan psikologi belajar sehingga dalam pelaksanaannya, guru atau pengajar juga perlu untuk melibatkan psikologi di dalamnya. Hal ini juga mengingat bahwa waktu belajar yang diperlukan seseorang secara formal adalah 9 tahun, di mana waktu tersebut bukanlah waktu yang sebentar.
Melibatkan pengetahuan psikologi dalam proses pembelajaran juga membantu siswa dan guru dalam menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Dari beberapa uraian tersebut, apakah sudah bisa dipahami terkait apa itu psikologi belajar sehingga keberadaannya menjadi penting? Jika belum, yuk baca artikel ini sampai habis.
Kegiatan mengajar tidak hanya berhubungan dengan pemahaman dan penyampaian materi, melainkan juga berhubungan erat dengan psikologi belajar. Mengapa? Sebab dalam kegiatan mengenyam pendidikan biasanya berlangsung dalam kurun waktu yang lama.
Di Indonesia sendiri misalnya, masyarakat diwajibkan menuntut pendidikan dasar selama 9 tahun. Mulai dari jenjang SD, kemudian SMP, dan berlanjut ke jenjang SMA. Masa 9 tahun tentu bukan masa yang singkat.
Maka tenaga pendidik terutama di lingkungan perguruan tinggi perlu melibatkan psikologi dalam kegiatan mengajar. Pengetahuan tentang psikologi dalam mengajar membantu para dosen untuk bisa menyesuaikan tuntutan zaman. Mulai dari pemahaman materi pembelajaran yang relevan dengan kondisi terkini. Sampai memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan yang sesuai untuk mahasiswa bisa punya daya saing tinggi di dunia kerja dan saat terjun ke tengah masyarakat. Lalu, apa itu psikologi belajar? mari simak penjelasan di bawah ini.
A. Pengertian Psikologi Belajar
Psikologi belajar sebagai suatu sub disiplin ilmu psikologi yang berasal dari kata "psikologi" dan "belajar". Oleh karena itu, untuk mendefinisikan psikologi belajar akan sangat bagus jika didefinisikan masing-masing lebih dahulu.
Kata "Psikologi" berasal dari bahasa Yunani "psyche" yang artinya jiwa dan "logos" yang artinya ilmu pengetahuan. Secara etimologi psikologi artinya Ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya. Namun, para ahli juga berbeda pendapat tentang arti psikologi itu sendiri. Ada yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu jiwa. Tetapi ada pula yang berpendapat bahwa psikologi adalah ilmu tentang tingkah laku atau perilaku manusia.
Carl Gustav Jung, seorang psikoanalisis dari Switzerland (1875-1961) merupakan salah seorang sarjana yang banyak mencurahkan perhatiannya untuk menyelidiki arti kata psikologi ditinjau dari segi harfiahnya. la mencoba mencari arti dari kata "Psyche" dan arti katakatavlain yang berdekatan misalnya, ia tertarik pada kata "Anemos" dalam bahasa Yunani berarti angin, sedangkan dalam bahasa Latin kata "animus" dan "anima" masing-masing berarti jiwa dan nyawa. Dalam bahasa Arab, ia mendapatkan kata-kata "ruh" yang berarti jiwa, nyawa ataupun angin. Dengan demikian, ia menduga bahwa ada hubungan antara apa yang bernyawa dengan apa yang bernafas (angin). Jadi psikologi adalah ilmu tentang sesuatu yang bernyawa.
Ada sebagian ahli psikologi yang mendefinisikan psikologi bertitik tolak dari anggapan bahwa psikologi haruslah mempelajari sesuatu yang nyata (konkret), maka ada sebagian sarjana yang mengartikan psikologi sama dengan karakterologi atau tipologi. Karakterologi adalah ilmu tentang karakter atau sifat kepribadian dan tipologi adalah ilmu tentang berbagai tipe atau jenis manusia berdasarkan karakternya. Jelas pendefinisian psikologi sebagai karakterologi atau tipologi saja merupakan pendefinisian yang sempit. Memang psikologi juga mencakup karakterologi dan tipologi, tetapi psikologi bukan hanya mencakup kedua hal itu saja, melainkan lebih luas daripada itu.
Bertolak dari definisi psikologi bahwa jiwa itu selalu diekspresikan melalui raga atau badan. Dengan mempelajari ekspresi yang tampak pada tubuh seseorang, maka kita akan dapat mengetahui keadaan jiwa orang yang bersangkutan. Bila berbicara tentang jiwa, terlebih dahulu kita harus membedakan antara nyawa dan jiwa.
Nyawa adalah daya jasmaniah yang adanya tergantung pada hidup jasmani dan menimbulkan perbuatan badaniah (organic behavior), yaitu perbuatan yang ditimbulkan oleh proses belajar. Misalnya, instink, reflek, nafsu dan sebagainya. Jika jasmani mati, maka mati pulalah nyawanya. Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan pengatur perbuatanperbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi dan manusia. Perbuatan pribadi adalah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan.
Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar, melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak nampak, tidak dapat dilihat oleh alat diri kita. Demikian pula hakekat jiwa, tak seorangpun dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan tingkah lakunya. Jika tingkah laku itu merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Pernyataan itu kita namakan gejala-gejala jiwa, di antaranya; mengamati, menanggapi, mengingat, memikir, dan sebagainya. Dari itulah kemudian orang membuat definisi, Psikologi yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya.
Belajar adalah key term, istilah kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Jadi belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Pengertian belajar menurut parah ahli, antara lain:
- Chaplin (1972), belajar adalah perolehan perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan pengalaman.
- Hintzman (1978), belajar adalah suatu perubahan yang terjadidalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.
- Rebert (1989), membatasi belajar dengan dua defenisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan. Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil yang diperkuat.
- James O. Wittaker (1970), belajar adalah proses dimana tingkahlaku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
- Skinner, yang dikutip Barlow (1985), belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Bertolak dari berbagai defenisi diatas, secara umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Jadi dapat disimpulkan psikologi belajar adalah ilmu yang mempelajari prinsip-prinsip perilaku manusia dalam penerapannya bagi belajar dan pembelajaran. Dengan kata lain, psikologi belajar memberi kontribusi bagi guru ketika ia menjalankan tugas mengajar di dalam kelas sehingga tampak pada kinerjanya ketika mengajar dengan mempertimbangkan prinsip psikologis murid.
B. Metode  Psikologi Belajar
Metode psikologi belajar adalah cara yang digunakan atau jalan yang ditempuh untuk sampai pada tujuan psikologi belajar, yaitu mendapatkan asas-asas, pokok-pokok, atau prinsip-prinsip tentang tingkah laku dalam situasi pendidikan dan yang dapat membantu pendidikan. Dalam hal-hal tertentu dan dalam batas-batas tertentu, metode ini dipergunakan oleh para pendidik atau para guru dalam memahami dan memecahkan problem- problem pendidikan.
Ada beberapa metode riset yang sudah lazim digunakan dalam psikologi,yaitu sebagai berikut.
- Metode Eksperimen
Metode eksperimen adalah untuk mengetes keyakinan atau pendapat tentang tingkah laku manusia dalam situasi atau kondisi tertentu. Dengan kata lain, eksperimen dilakukan dengan anggapan bahwa semua situasi atau kondisi dapat dikontrol dengan teliti, yang keadaannya berbeda dari observasi yang dikontrol. Melalui usaha eksperimen demi eksperimen, kemudian kebenaran-kebenaran psikologis yang semula didasarkan atas terkaan, pemikiran dan perenungan, kini didasarkan atas percobaan-percobaan. Untuk mendukung pelaksanaan eksperimen, paling tidak menggunakan dua kelompok yang diperbandingkan. Kelompok pertama sebagai kelompok "kontrol," dan kelompok kedua sebagai kelompok "eksperimen". Fungsi kelompok kontrol adalah untuk mengecek pengaruhdari faktor eksperimen atau variable independen; dan kelompok kontroltersebut sedapat mungkin diusahakan sama dengan kelompok eksperimen. Lewat metode eksperimen banyak aspek belajar dapat diteliti dengan baik, yang hasilnya dapat disumbangkan bagi kelancaran proses interaksiedukatif di kelas. Misalnya meneliti tentang keefektifan komparatif darimetode-metode mengajar yang berbeda (seperti metode diskusi versusmetode ceramah) untuk mempelajari informasi yang faktual, pengaruh praktik bagian versus praktik keseluruhan terhadap belajar keterampilan,kelas yang optimal, sampai seberapa jauh transfer belajar itu terjadi, penyusunan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan induividu dan sosial, asas kesiapan dalam melakukan suatu tugas belajar, pengaruh Overlearning terhadap ingatan, dan lain sebagainya.
- Metode ObservasiÂ
Metode observasi adalah metode untuk mempelajari gejala kejiwaanmelalui pengamatan dengan sengaja, teliti, sistematis. Metode observasi terbagi menjadi dua: pertama, metode introspeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalanmeninjau gejala-gejala jiwa sendiri secara sengaja, teliti, dan sistematis. Dalam melakukan instropeksi (intro= ke dalam, spectare= melihat) tak mungkin memberi hasil yang baik, karena tak ada orang yang dapatmempelajari peristiwa-peristiwa jiwanya sendiri secara objektif. Misalnya,seseorang yang sedang marah, tak mungkin ia dengan tenang dan objektif menyelidiki jiwanya. Jika ia menyelidikinya, maka hilanglah kemarahantersebut dari dirinya.
Keberatan-keberatan terhadap metode instropeksi adalah bahwainstropeksi yang diselidiki hanya bagian-bagian yang disadari saja, sedang bagian-bagian yang tidak disadari tidak diselidiki. Juga hal-hal yang dapatmerendahkan diri sendiri terkadang disembunyikan karena malu dan sebagainya.
Kedua, metode ekstrospeksi yaitu metode untuk mempelajari gejala-gejala kejiwaan dengan jalan mempelajari peristiwa-peristiwa jiwa oranglain dengan sistematis. Atau metode yang dilakukan dengan sengaja olehsatu atau lebih dari seorang.
Dengan sengaja artinya pengamatan itu dilakukan dengan sadar dandengan tujuan yang jelas. Sedangkan dengan sistematis artinya pengamatan itu dilakukan secara terencana dan dengan cara-cara tertentuyang telah dipersiapkan sebelumnya. Dengan kata lain, praktek  pengamatan serupa ini kondisi-kondisinya dikendalikan secara cermat danhati-hati oleh satu atau lebih dari seorang. Itulah sebabnya pengamatan inidikenal dengan pengamatan yang objektif (objective observation)
Melalui penerapan metode ini laporan-laporan yang ditulis akan dapat menghasilkan informal yang objektif, lebih-lebih yang dilakukan olehorang yang terlatih, terampil, dan berpengalaman. Studi observasi telah banyak dilakukan terhadap hubungan sosial yang diperlihatkan oleh anak-anak pada taman kanak-kanak dan dalam situasi permainan bebas. Penggunaan metode ini antara lain dapat dimanfaatkan untuk membantu mendiagnosa kesulitan belajar anak di sekolah.
- Metode Genetik
Metode ini juga disebut metode perkembangan, merupakan teknik observasi yang digunakan masa pertumbuhan mental dan fisik anak dan juga hubungannya dengan anak-anak lain dan orang-orang dewasa, yakni perkembangan sosialnya, kemudian dicatat dengan cermat. Pendekatannya bisa menempuh satu atau dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatanhorizontal dan vertikal. Pendekatan horizontal digunakan untuk memperoleh data. Misalnya, mengenai pertumbuhan kecerdasan, gerak,dan perasaan anak sejak lahir sampai masa tertentu. Sedangkan pendekatanvertikal digunakan untuk individu atau sekompok individu sejak lahir sejak lahir dan seterusnya.
Sekalipun dua pendekatan tersebut dapat dihasilkan data yang lebihshahih (valid), khusunya yang berhubungan dengan perubahan-perubahan pertumbuhan pada umumnya, namun keduanya mengandung kelemahan,terutama pendekatan longitudinal, antara lain dianggap tidak praktis dan bahkan sulit dilaksanakan.
- Metode Riwayat Hidup atau Klinis
Metode riwayat hidup adalah metode untuk menyelidiki gejala-gejalakejiwaan dengan jalan mengumpulkan riwayat hidup sebanyak-banyaknya, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis oleh orang lain. Dalam penyelidikan ini buku-buku harian dan kenang-kenangan besar sekali manfaatnya.
Studi dengan metode riwayat hidup (the case history) ini biasanya penerapannya terbatas untuk mencoba memecahkan kesulitan-kesulitan belajar yang benar-benar dihadapi oleh pelajar. Jadi pendekatan ini pada pokoknya tidak berhubungan dengan prinsip-prinsip psikologis atau pendidikan. Sebaliknya, tujuan satu-satunya adalah diagnosis atautreatment. Case history memasukkan riwayat hidup masa lalu, status, dankeadaannya yang sekarang dari seorang individu, yang kemudian dapatdigunakan oleh konselor untuk memberikan treatmen (perhatian dan perawatan). Oleh sebab itu, studi kasus yang disusun secara hati-hati,sudah tentu akan memasukkan data mengenai latar belakang keluarga dansosial, kesehatan jasmani dan perkembangan emosi, serta pengalaman pendidikannya. Termasuk pula minat, hobi, dan kegiatan individu di masasekarang, yang semuanya relevan dengan masalah yang hendak dipecahkan. Data dimaksud bisa diperoleh melalui interviu (wawancara) atau angket. Kemudian haruslah dianalisa yang diarahkan kepadadiagnosis dan treatment (perbaikan).
Walaupun metode ini merupakan cara penyelidikan yang lebih lelitidan bersifat menyeluruh, namun terdapat pula kelemahan-kelemahannya, antara lain tidak seluruh kejadian di masa lalu akan tetap dapat diingat, sehingga keterangan-keterangan yang diberikan boleh jadi tidak objektif. Akibat lebih lanjut, kesimpulan yang ditarik pun akan jauh dari kebenaran.
- Metode Tes
Tes adalah suatu alat yang di dalamnya berisi sejumlah pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus dikerjakan, untuk mendapatkan gambaran tentang kejiwaan seseorang atau sekelompok orang.
Tes merupakan instrumen riset yang penting dalam psikologi masa sekarang. Ia digunakan untuk mengukur semua jenis kemampuan, minat, bakat, prestasi, sikap, dan ciri kepribadian. Tes memungkinkan ahli ilmu jiwa memperoleh data dalam jumlah besar dari orang-orang tanpa banyak gangguan atas kebiasaan mereka sehari-hari tanpa memerlukan perlengkapan laboratorium yang rumit.
Pada pokoknya semua tes mengemukakan suatu situasi yang seragam pada kelompok sekelompok orang yang berbeda-beda pada aspek-aspek yang relevan dengan situasi tersebut. Misalnya, inteligensi, kecekatanketrampilan tangan, kegelisahan, dan ketrampilan persepsual. Kemudianhasilnya dianalisa dengan menghubungkan perbedaan dalam skor tesdengan perbedaan di antara orang-orang tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan di atas, para ahli telah membuat berbagai alat pengukuran yang dibakukan. Walaupun demikian hendaknya disadari bahwa ramalan atau perkiraan yang dihasilkan seringkali tidak mudah dilakukan. Sebabnya antara lain, karena banyaknya faktor yang tidak ikut mencampuri fakta kejiwaan dan mudahnya berubah. Sudah tentu keadaanyang serupa ini seringkali menyebabkan ke kurang tegasan dalam mengambil keputusan, dan sekaligus merupakan salah satu kelemahannya. Lagi pula penyusunan tes dan penggunaannya bukanlah hal yang mudah. Hal ini menghendaki banyak langkah yang harus ditempuh, seperti penyiapan item, penyekalan, dan penentuan norma-normanya.
Maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada metode yang digunakan dalam psikologi belajar yang seratus persen baik, demikian pula sebaliknya. Untuk itu dalam praktek, para ahli sering menggunakan lebih dari satu metode agar bisa saling melengkapi dan sekaligus data yang dihasilkan dapat dipercaya. Kemudian data tersebut dianalisa dan barulah disusun suatu laporan.
Akhirnya dari laporan inilah pada gilirannya dapat ditelaah dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan praktik. Terlebih jika sudah berulangkali diuji dan dibuktikan, yang kemudian melahirkan prinsip-prinsip yang secara empiris dapat dibenarkan dan dapat pula disampaikan secara efektif,sebagai salah satu persiapan kepada mereka yang berprofesi sebagai guru.
C. Tujuan Mempelajari Psikologi Belajar
Adapun tujuan dari psikologi belajar adalah Meneliti dan Menelaah tentang belajar dan permesalahnnya. Hal ini digunakan untuk memperbaiki permasalahan murid dalam bidang belajar. Psikologi Belajar bertujuan memberikan wawasan kepada guru mengenai karakter muridnya serta bagaimana cara muridnya belajar. Hal ini penting karena untuk kebaikan dan memberikan manfaat dalam pembelajaran.
Selanjutnya psikologi belajar juga bertujuan memberikan solusi atau perbaikan atas masalah yang dihadapi murid dalam belajar, sehingga murid tidak kesulitan dalam menerima transfer ilmu dari guru dan melakukan pembelajaran dengan menyenangkan.
Menurut Wahab, psikologi memiliki tujuan yang sama ataupun titik temu yaitu: pada perubahan tingkah laku, yang mana pendidikan merubah perilaku manusia dari satu taraf perkembangan kepada taraf perkembangan berikutnya dan hal ini seiring dengan kajian psikologi pendidikan yang berkaitan dengan bagaimana upaya seseorang pendidik mempersiapkan diri guna memberikan perilaku pendidikan dan pembelajaran yang efesien dan efektif. Menurut Abu Ahmadi, psikologi bertujuan untuk memberi kesenangan dan kebahagiaan hidup manusia, dan orang yang ingin sukses dalam segala-galanya harus mengetahui dasar-dasar dari ilmu jiwa.
Sedangkan menurut Dalyono, tujuan dari belajar antara lain: mengadakan perubahan dalam diri (kebiasaan buruk menjadi baik, sikap dari negatif menjadi positif), dapat memiliki keterampilan, serta menambah pengetahuan dalam berbagai bidang ilmu.
Tujuan mempelajari psikologi belajar yaitu agar dapat mengetahui tentang bagaimana proses belajar itu terjadi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi keberhasilannya merupakan hal yang penting dimiliki oleh semua orang, terutama bagi para pendidik (guru) dan calon pendidik, diharapkan pengetahuan tersebut dapat membantu para pendidik dalam melaksanakan tugasnya sehingga dapat meningkatkan hasil belajar anak didik secara maksimal.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa tujuan dari mempelajari psikologi belajar adalah untuk merubah perilaku manusia melalui proses belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan cara yang tepat, mudah dan menyenangkan.
Psikologi belajar akan sangat membantu guru, supaya memiliki kedewasaan dan kewibawaan dalam hal mengajar, mempelajari muridnya, menggunakan prinsip-prinsip psikologi maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.
D. Manfaat  Mempelajari Psikologi Belajar
Mempelajari psikologi belajar untuk diterapkan saat proses pembelajaran tentu bukan tanpa alasan. Berikut merupakan manfaat mengapa guru atau pengajar perlu mempelajari psikologi belajar.
- Psikologi belajar membantu guru dalam menentukan tujuan belajar.
- Mengatur kondisi belajar yang efektif sehingga tujuan belajar bisa tercapai.
- Mencegah masalah yang mungkin muncul dalam proses pembelajaran.
- Psikologi belajar membantu pelaksanaan kegiatan belajar agar tetap kondusif sehingga diharapkan kesehatan jiwa siswa tetap terjaga.
- Mampu mengatasi masalah pribadi siswa.
- Psikologi belajar mampu membantu guru dalam memahami karakter siswa.
Jadi dapat disimpulkan manfaat dan kegunaan psikologi belajar merupakan alat bantu bagi penyelenggara pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Psikologi belajar dapat dijadikan landasan berpikir dan bertindak bagi guru, konselor, dan juga tenaga professional kependidikan lainnya dalam mengelola proses pembelajaran.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Psikologi Belajar, 1991
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Rajawali Grafindo Persada: Jakarta, 2010) Hlm 65
Saiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Rineka Cipta: Jakarta, 2008) Hlm 2
https://deepublishstore.com/materi/psikologi-belajar/Â
https://ridhaalya.blogspot.com/2020/11/tugas-makalah-psikologi-belajar.html?m=1
https://www.academia.edu/9489591/Psikologi_PembelajaranÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI