Mohon tunggu...
Sidik Awaludin
Sidik Awaludin Mohon Tunggu... Freelancer - Public Relations Writing

[Penulis Freelance, Menyajikan tulisan asumsi pribadi Berdasarkan Isu-Isu hangat]. [Motto: Hidup Sekali, Berarti, lalu Mati.]

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Di Balik Prestasi Fahri dan Fadli Mendapat Penghargaan dari Presiden Jokowi

15 Agustus 2020   10:41 Diperbarui: 15 Agustus 2020   10:52 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menyambut HUT RI yang ke tujuh puluh lima, presiden Jokowi akan menyerahkan simbol tanda jasa kepada beberapa orang yang dianggap telah berjasa bagi nusa dan bangsa. Masuknya nama Fadli dan Fahri sebagai penerima tanda jasa Bintang Mahaputra Nararya tahun ini rupanya menghebohkan netizen dalam negeri. 

Tanda jasa itu, biasanya memang diberikan kepada para mantan pimpinan lembaga tinggi negara, yang sudah berakhir masa jabatannya. Dengan dimikian, pemberian Bintang Mahaputra Nararya kepada Fadli dan Fahri tersebut, menurut saya hanya meneruskan aturan yang sejak lama sudah menjadi tradisi setiap tahunnya. 

Penghargaan ini diberikan karena kedua tokoh tersebut pernah menjabat sebagai wakil pimpinan DPR periode lalu, merespon pemberian Bintang Mahaputra Nararya dari pemerintah kepada dua tokoh tersebut ada pendapat menarik dari seorang pengamat. 

Pengamat ini saya rahasiakan identitasnya, dia tidak mau disebutkan namanya, tapi hanya mau disebutkan usia dan ciri-cirinya saja, ciri pengamat tersebut tertera sebagai berikut. 

Ia lelaki lajang, usia 38 tahun, tinggi badan 170 cm, karyawan swasta, kulit sawo matang, humoris, hobi travelling, pekerja keras dan penyayang. Demikian ciri-ciri pengamat tersebut, jikalau ada yang mengenalinya dipersilahkan menuliskan nama pengamat ini di kolom komentar ya. 

Pengamat ini berasumsi, bahwa sebetulnya Fahri dan Fadli punya jasa besar terhadap negara dalam beberapa tahun belakangan ini. Menurut beliau, jasa terbesarnya yaitu peran Fahri dan Fadli yang akhirnya membuat pasangan Prabowo-Sandi kalah dalam dua pilpres tahun lalu. 

Pada pilpres 2014 misalnya, akibat statement Fahri di sebuah stasiun televisi yang mengatakan bahwa perayaan hari santri itu "sinting", hal ini yang membuat suara pak Jokowi meningkat pesat. Khususnya dari kalangan santri, itulah mengapa pada akhirnya Jokowi terpilih sebagai presiden untuk periode pertama pada tahun 2014 lalu. 

Sementara pada pilpres 2019, peran mereka berdua dalam mengalahkan Prabowo juga sangat kentara. Jurus kampanye andalan mereka berdua yaitu dengan nyinyiran, mereka berdua sukses membuat rakyat muak dan akhirnya memutuskan untuk kembali memilih Jokowi-Amin. Karena jasa mereka berdua jualah Indonesia, sekali lagi diselamatkan dari risiko kegagalan dalam memilih pemimpin yang berjiwa negarawan. 

Selain itu, jasa Fahri yang paling signifikan untuk negara adalah ia termasuk salah satu orang yang berhasil melakukan pemberontakan di PKS dari dalam. Bahkan Fahri kini berusaha merobohkan PKS, dengan cara merebut kantong suara partai itu untuk dialihkan ke partainya yang bernama Partai Gelora. 

Kita semua berharap, semoga Partai Gelora sukses merebut suara Partai PKS. Sehingga nantinya suara mereka terbelah menjadi dua, jika memungkinkan keduanya di bawah batas electoral threshold. 

Jika ini terjadi, kita wajib meminta Jokowi untuk memberikan bintang tanda jasa lagi kepada Fahri untuk yang kedua kali. Kita semua tentu saja menghargai jasa para pahlawan kita terdahulu yang telah menyumbangkan keringat, darah, airmata, bahkan nyinyirannya untuk kemajuan bangsa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun