Baris terakhir menusuk hati sang ayah. Ia tiba-tiba sadar, anaknya bisa melihat sisi baik dari sesuatu yang tampaknya tidak menyenangkan --- sementara ia sendiri terjebak dalam pola pikir negatif.
Ia pun mulai mengubah cara pandangnya:
"Aku harus bayar semua biaya rumah tangga" Aku punya rumah. Banyak orang tak seberuntung ini.
"Aku menanggung semua tanggung jawab keluarga" Aku punya keluarga yang kucintai dan yang mencintaiku.
"Selalu ada tamu datang" Aku punya teman dan saudara yang peduli.
"Aku menghabiskan banyak uang" Aku punya pekerjaan dan penghasilan untuk hidup nyaman.
Dengan satu shift perspektif, stresnya luruh. Ia memeluk anaknya yang tertidur, mencium keningnya, dan bersyukur --- pada anaknya, pada hidup, dan pada Tuhan.
Insight buat Kita Semua
Masalah hidup itu seperti filter Instagram: cara kita memilih filter menentukan hasil akhirnya. Kalau kita pasang filter negatif, hidup terasa gelap. Tapi kalau kita ubah filter ke yang positif, warna-warna jadi muncul.
Generasi milenial sering kali dicekoki target tinggi, FOMO, atau perbandingan di media sosial. Cerita ini mengingatkan kita: ganti sudut pandang, ubah hidupmu. Syukur itu bukan tentang punya segalanya, tapi sadar bahwa apa yang kita punya sudah bernilai.
Mau coba sekarang?