Pernah nggak sih kamu merasa kesal gara-gara harus menunggu?Nunggu pesanan makanan online yang nggak sampai-sampai, nunggu balasan chat yang cuma dibaca doang, atau nunggu dosen bales email revisi skripsi?
Seolah-olah waktu berhenti. Satu menit jadi terasa sepuluh menit. Rasanya gregetan banget kan?
Tapi coba kita tanya diri sendiri: sebenarnya apa sih "menunggu" itu?
Kalau duduk ya duduk, berdiri ya berdiri, rebahan ya rebahan. Tapi kalau "menunggu"... seolah ada rasa lain yang nyelip: gelisah, penasaran, pengen cepat-cepat.
Kenapa begitu?
Karena ketika menunggu, pikiran kita biasanya lari ke masa depan. Kita nggak ada di "sini" lagi, melainkan sibuk mikirin "nanti". Dan di situlah muncul rasa tegang, nggak sabar, bahkan frustasi.
Padahal, sebenarnya kita punya pilihan:
Alih-alih menjadikan menunggu sebagai penyiksaan, kenapa nggak menjadikannya sebagai kesempatan?
Bayangkan begini: waktu kamu lagi stuck di lampu merah, kamu bisa pilih antara:
Menggerutu, lihat jam terus, dan berharap lampu cepat hijau, atau
Menarik napas dalam, merasakan hembusan udara, menikmati lagu yang lagi diputar, dan sadar bahwa detik ini juga adalah hidupmu.
Lucunya, kalau kita sadar penuh sama momen "menunggu", rasanya jadi lebih ringan. Bahkan, bisa jadi menyenangkan.
Jadi, mulai sekarang...
Lagi nunggu teman yang telat? Manfaatkan buat refleksi diri sebentar.
Lagi nunggu antrian panjang? Coba rasakan langkah napasmu.
Lagi nunggu balasan chat? Nikmati keheningan, siapa tahu justru ide-ide baru bermunculan.
Hidup kita ternyata penuh dengan momen menunggu. Dan kalau kita bisa mengubah cara pandang, menunggu bukan lagi musuh, tapi jadi ruang jeda yang berharga.
Jadi... mau pilih menunggu dengan resah, atau menunggu dengan nikmat?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI