Ada orang yang dilahirkan dengan apa yang disebut "garis tangan jelek", tetapi dengan tekad, kebajikan, dan disiplin, ia tumbuh menjadi sosok yang bijaksana dan bahagia. Sebaliknya, ada pula yang merasa memiliki "garis tangan hebat", tapi hidupnya tenggelam dalam kesombongan, kemalasan, dan penderitaan yang ia ciptakan sendiri. Ini membuktikan satu hal: bukan garis tangan yang menulis masa depan, melainkan tindakan kita---sekarang.
Hukum Kamma: Jujur, Adil, dan Tak Tergoyahkan
Kamma bukan sistem hukuman, bukan pula takdir, tetapi hukum alam. Setiap pikiran baik akan menghasilkan damai, setiap tindakan buruk akan membawa penderitaan. Seperti bayangan yang mengikuti tubuh, kamma melekat dalam hidup kita.
"Kamma adalah warisan kita, kamma adalah asal kita, kamma adalah saudara kita, kamma adalah pelindung kita."
--- Cakammavibhaga Sutta, Majjhima Nikya 135
Bahkan Sang Buddha pun tidak bisa menghapus kamma makhluk. Tetapi beliau menunjukkan jalan keluar---dengan menanam kamma baik secara konsisten, kita dapat mengubah arah kehidupan, membangun masa depan yang bersih, terang, dan bermakna.
Kebebasan Ada di Tindakan, Bukan di Ramalan
Percaya pada garis tangan memberi kesan kita tidak berdaya. Seolah hidup sudah digariskan, dan kita hanya penonton. Tapi hukum kamma justru membuka pintu kebebasan spiritual. Setiap saat kita diberi peluang untuk memilih: berkata baik atau kasar, membantu atau mencelakai, merenung atau melalaikan hidup. Di situlah kita menciptakan arah baru---bukan karena ramalan, tapi karena kesadaran.
"Sabbe satt kammasak -- makhluk hidup mewarisi kamma, diciptakan oleh kamma, terikat oleh kamma, dilindungi oleh kamma."
--- Majjhima Nikya 135
Refleksi: Siapa yang Menulis Hidupmu?