Perjanjian Abraham Accords sering dipuji sebagai terobosan bersejarah menuju perdamaian di Timur Tengah. Namun, di balik narasi harmonisasi regional, ada proyek geopolitik ambisius yang secara gigih didorong oleh pemerintahan Donald Trump. Kesepakatan ini bukan sekadar tentang normalisasi hubungan, melainkan sebuah strategi terencana untuk mengubah peta politik kawasan dan mencapai tiga tujuan utama Amerika Serikat.
Apa Isi Sebenarnya dari Perjanjian Abraham?
Sebelum membahas lebih dalam, penting untuk memahami apa yang sebenarnya disepakati dalam perjanjian ini. Secara garis besar, Perjanjian Abraham adalah serangkaian kesepakatan yang dimediasi AS untuk menormalisasi hubungan antara Israel dan beberapa negara Arab. Isi utamanya meliputi:
- Normalisasi Penuh: Pembentukan hubungan diplomatik resmi, termasuk pembukaan kedutaan besar, pertukaran duta besar, dan pengakuan kedaulatan.
- Kerja Sama Ekonomi: Peningkatan kerja sama dalam bidang perdagangan, investasi, teknologi, energi, dan pariwisata.
- Kebebasan Penerbangan: Pembukaan jalur penerbangan langsung antara negara-negara penandatangan.
- Pengakuan dan Kompromi: Pengakuan AS atas kedaulatan Maroko di Sahara Barat dan penangguhan rencana aneksasi Tepi Barat oleh Israel (khusus dalam perjanjian dengan Uni Emirat Arab).
Trump Minta Semua Negara Timur Tengah Gabung Perjanjian Abraham
Presiden Donald Trump menyatakan negara-negara Timur Tengah harus bergabung dalam Perjanjian Abraham (Abraham Accords) demi menjamin perdamaian di kawasan itu.
"Dengan persenjataan nuklir yang 'dibuat' Iran telah sepenuhnya DIMUSNAHKAN, penting bagi saya bahwa semua negara Timur Tengah bergabung dalam Perjanjian Abraham," kata Trump dalam unggahannya di media sosial, dikutip dari Reuters, Kamis (7/8).
Dengan melihat isi perjanjian itu jelas terlihat bahwa ada agenda tersembunyi dari Amerika Serikat untuk mengubah peta politik kawasan Timur Tengah dan mencapai tiga tujuan utama Amerika Serikat.
1. Membentuk Aliansi Anti-Iran yang Solid
Tujuan utama di balik desakan kuat Trump adalah untuk menciptakan front persatuan yang kuat melawan Iran. Sejak penarikan AS dari perjanjian nuklir Iran (JCPOA), pemerintahan Trump berupaya keras untuk mengisolasi Teheran. Perjanjian Abraham berfungsi sebagai alat yang efektif untuk menyatukan Israel dengan negara-negara Teluk yang memiliki kekhawatiran serupa terhadap pengaruh Iran.
Melalui perjanjian ini, sebuah aliansi yang sebelumnya informal dan rahasia kini menjadi terbuka. Kerja sama militer, pertukaran intelijen, dan kesepakatan ekonomi yang terjalin memperkuat posisi semua pihak dalam menghadapi ancaman bersama. Ini adalah langkah strategis Amerika Serikat untuk mengonsolidasi kekuatan regional dan memastikan Iran tetap terkendali.
2. Mengubah Narasi dan Mengabaikan Isu Palestina