Mohon tunggu...
Michael Siahaan
Michael Siahaan Mohon Tunggu... Jurnalis - Berpikir, bekerja, bersahaja.

Apa guna membaca tanpa menulis?

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Serangan ke Suriah Bukti Tidak Kreatifnya Amerika Serikat

15 April 2017   02:06 Diperbarui: 15 April 2017   11:00 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: thesleuthjournal.com

"Itu dipublikasikan oleh Council on Foreign Relations dan James Baker Institute for Public Policy pada tahun 2001," tulis Ahmed.

Lagi dan Lagi

Dengan segala ke-adidaya-annya, AS sepertinya kekurangan kreativitas dalam merancang "kudeta terselubung" atas sebuah negara. Paman Sam seolah memiliki standar baku bagaimana caranya menumbangkan rezim yang menurutnya bisa mengganggu kepentingan internasional mereka.

Awalnya, Paman Sam akan melakukan "diplomasi" pribadi dengan pejabat di negara bersangkutan. Tugas ini dilakukan oleh sosok yang disebut "ekonom perusak" atau "economic hit man".

Cerita tentang ini bisa kita temukan dalam buku "Confession of an Economic Hit Man" (2004), yang ditulis mantan ekonom perusak John Perkins.

"Sarana mereka meliputi laporan keuangan yang menyesatkan, pemilihan yang curang, penyuapan, pemerasan, seks dan pembunuhan," tulis Perkins.

Dia melanjutkan, dirinya bekerja kepada sebuah kekuatan besar yang terdiri dari perusahaan maupun keluarga yang sangat kaya, penuh kekuasaan dan bekerja sama dengan pemerintah, disebut korporatokrasi.

"Untuk memajukan kekuasaan global, mereka menggunakan kekuatan finansial dan politis mereka untuk memastikan bahwa sekolah, bisnis dan media kita mendukung konsep dan konsekuensinya yang salah itu," tambah Perkins.

Sebagai ekonom perusak itu, dia berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik, salah satunya di Indonesia, sejak Soeharto berkuasa. Dia, bersama teman-teman "sejenis"nya, berhasil membuat Indonesia menerima mentah-mentah beragam proyek infrastruktur dan eksplorasi berbiaya sangat besar, lalu membelitnya dengan utang yang hampir tidak mungkin dilunasi.

Tantangannya dialaminya di ketika tiba di Ekuador, yang dipimpin Presiden Jaime Roldos, dan Panama yang berada di bawah komando Presiden Omar Torrijos.

Disebut Perkins, dua orang ini dengan terang benderang menolak kepentingan koporatokrasi AS di negerinya. Roldos menentang pendirian industri minyak di negaranya yang dipelopori keluarga Rockefeller. Sementara Torrijos secara terbuka meminta penguasaan penuh Panama atas Terusan Panama demi kepentingan rakyatnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun