Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sekelumit "Tsukiko" pada Ending Cerita Cintaku

6 Januari 2024   14:25 Diperbarui: 7 Januari 2024   04:29 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Novel yang bercerita tentang cinta|gambar pixabay.com

"Ada film baru di bioskop, sudah dengar? Katanya bagus, tapi aku penasaran. Pendapatmu, Sher?"

Kali ini aku hanya mengedikkan bahu karena tidak tertarik membahas obrolannya. Selain fokus mengerjakan laporan harian di komputer, aku memang tidak mengetahui film apa saja yang sedang beredar di bioskop sebab jarang juga menonton film. Alih-alih melanjutkan obrolan, Glen malah nyelonong balik ke meja kerjanya. 

Sore melewati senja, waktu yang teratur untukku pulang setelah seharian penat bekerja. Saat inilah, sembari istirahat, aku lebih suka memanjakan diri dengan menikmati bacaan-bacaan ringan, seperti "Strange Weather in Tokyo" dari penulis Jepang, Hiromi Kawakami, yang kubeli tiga minggu lalu ketika ada pameran buku. 

Membaca sinopsis di bagian belakang buku, meski sekilas, tapi seakan-akan aku menemukan petualangan cinta tentang diriku sendiri. Tsukiko, tokohnya, perempuan pekerja berusia 30-an dikisahkan tidak memiliki teman dan jarang mengunjungi keluarganya. Perempuan itu diceritakan juga sudah lelah menjalani hubungan romantis dengan laki-laki karena selalu berakhir kandas. Suatu hari dia bertemu seorang guru di masa lalunya dan obrolan ringan pun berlanjut menjadi pertemuan rutin---nah, karena inilah aku membayar novel itu untuk mengetahui cerita utuhnya. 

Perutku tiba-tiba memberi sinyal lapar, segera kuletakkan "Tsukiko" untuk membuat sandwich dan segelas cokelat hangat. Cukuplah sekadar mengisi kekosongan perut, sebelum kemudian aku teringat dengan obrolan Glen tentang film yang kuabaikan tadi di kantor.

Kuambil ponsel dan kuketikkan pesan untuknya.

"Maaf, Glen. Aku tidak bisa berpendapat apa-apa karena memang tidak pernah mendengar film itu."

Cepat sekali balasan Glen. "Santailah, tak perlu minta maaf. Besok malam filmnya diputar lagi. Ingin pergi denganku?"

"Aku sibuk."

"Selalu saja alasanmu begitu, Sheryl. Ayolah!"

Baiklah, aku seharusnya tidak setakut itu dengan berkali-kali menolak ajakan Glen. Kecuali jadwal makan siang di kantor, aku kerap tidak pernah mau pergi dengannya, bahkan berjalan-jalan saat tidak bekerja sekali pun. Sebagai teman, aku hanya ingin menjaga segumpal hatiku agar tidak terlanjur bersarang lama untuknya meski berharap dia akan membalasku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun