Mohon tunggu...
S Eleftheria
S Eleftheria Mohon Tunggu... Lainnya - Penikmat Literasi

***NOMINEE BEST IN FICTION 2023*** --- Baginya, membaca adalah hobby dan menulis adalah passion. Penyuka hitam dan putih ini gemar membaca tulisan apa pun yang dirasanya perlu untuk dibaca dan menulis tema apa pun yang dianggapnya menarik untuk ditulis. Ungkapan favoritnya, yaitu "Et ipsa scientia potestas est" atau "Pengetahuan itu sendiri adalah kekuatan", yang dipaparkan oleh Francis Bacon (1561-1626), salah seorang filsuf Jerman di abad pertengahan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Wabi-sabi, Ketidaksempurnaan yang Sempurna

20 Juli 2022   10:30 Diperbarui: 21 Juli 2022   01:35 1364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ketidaksempurnaan bisa saja adalah kesempurnaan itu sendiri. Sumber: elartedelkintsugi via parapuan.co

Penulis Beth Kempton menjelaskan di dalam bukunya "Wabi-sabi: Kebijaksanaan Jepang untuk Kehidupan yang Sempurna", bahwa sejarah dan filosofi di balik wabi-sabi dan solusi praktis lainnya adalah untuk menghindari pengejaran kesempurnaan dan merangkul ketidaksempurnaan.

Salah satu solusi ini berkaitan dengan pengaturan lingkungan hidup kita dengan cara yang tidak sempurna. Wabi-sabi menganut kesederhanaan, misalnya, tetapi berbeda dari bentuk minimalis populer, yang umumnya mengutamakan simetri, kerapian, dan benda mahal.

Minimalisme wabi-sabi justru terletak pada asimetri, tidak terlalu rapi, dan tidak mengganti barang lama dengan barang desainer, hanya karena terlihat lebih bagus. Sebaliknya, kita menginventarisasi barang-barang yang kita miliki, membuang apa yang tidak perlu, menghargai apa yang tersisa, dan hanya membeli sesuatu yang baru ketika kita benar-benar membutuhkannya. Mungkin dengan furnitur yang rusak, kursi yang tidak cocok dengan sofa, retakan di dinding, dan peralatan makan yang kita beli di toko barang bekas, malah menunjukkan ketidaksempurnaan yang indah.

Kita dapat meningkatkan pengalaman wabi-sabi dengan membawa alam ke dalam rumah kita. Kita bisa mengambil pohon cemara dan potongan kayu dari hutan, dan kerang dari pantai sebagai dekorasi, untuk menciptakan nuansa yang lebih alami dan tidak sempurna.

Kempton juga mengajarkan kita untuk melihat diri kita sendiri dan satu sama lain dalam sudut pandang lain: tidak melalui lensa perfeksionisme yang kejam, tetapi dengan apresiasi terhadap kekurangan. Kita tidak sempurna karena memang bertujuan tidak harus sempurna. Sebaliknya, kita jauh lebih baik menerima siapa diri kita dan menikmati hidup apa adanya.

Sederhananya, wabi-sabi menjadikan kita sebagai diri sendiri. Ini mendorong kita untuk melakukan yang terbaik, tetapi tidak membuat diri kita sakit dalam mengejar tujuan kesempurnaan yang tidak dapat dicapai. Ini menggerakkan kita untuk rileks atau santai dalam menikmati hidup---dan itu menunjukkan kepada kita bahwa keindahan dapat ditemukan di tempat-tempat yang paling berbeda sebagai pintu menuju kesenangan.

Cara berlatih "santai" adalah alih-alih berorientasi pada tujuan, pergi dari titik A, B, atau C, kita berfokus pada keindahan alam dan menghabiskan waktu di alam terbukti mengurangi stres, kecemasan, dan kekhawatiran. Ini membantu kita melepaskan diri dari masyarakat modern yang penuh penilaian dan harapan tinggi sehingga kita terhubung kembali dengan luasnya alam semesta yang menyambut kita apa adanya. Alam adalah ketidaksempurnaan yang sempurna dan beroperasi tanpa penilaian, tanpa terburu-buru, tanpa berusaha menjadi lebih dari itu.

Di alam, kita tidak menemukan apa pun: alam menciptakan; alam menghancurkan. Semuanya bergerak; tidak ada yang abadi. Jika kita kebetulan melihat keindahan alam dalam keadaan apa pun, artinya kita mengalami "wabi-sabi".

--Shyants Eleftheria, salam Wong Bumi Serasan--Sumber referensi :Wabi-sabi, Filosofi Jepang untuk Kehidupan yang Sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun