“Ah, nggak mungkin”
Nah, untuk mengetahui mengapa keluar kalimat-kalimat tersebut, ada pentingnya kita mendeteksi apa yang menjadi kebiasaan-kebiasaan negatif yang menyebabkan motivasi kita itu mati terbunuh.
Mari kita selidiki kemungkinan-kemungkinannya!
Pertama, kita berupaya langsung melompat ke titik hasil tanpa ingin bersusah payah dalam menjalani prosesnya
Hello...! Bagaimana bisa kita berpikir melompat dari anak tangga pertama menuju atas tanpa menginjakkan kaki ke anak tangga ke dua, ke tiga, ke empat, hingga ke anak tangga sebelum sampai ke tangga terakhir? Itu sangat mustahil, bukan?
Alih-alih menguatkan mental untuk bisa melewati tangga-tangga tersebut, kita malah sibuk mencari jalan pintas langsung ke atas.
Itu artinya sama saja kita berpikir bahwa proses itu sesuatu yang tidak penting—dan justru itu akan membuat kita frustasi dan depresi sendiri.
Begini, kalau kita mau berpikir, sebenarnya setiap langkah-langkah yang kita jejaki itu merupakan usaha kita menyelesaikan permasalahan satu per satu.
Kita butuh proses menapak setapak demi setapak. Proses jalan menuju puncak tetap harus kita nikmati, walaupun berupa kerikil yang sakit bila terinjak. Jangan pernah untuk berhenti berusaha.
Coba kita lihat usaha dari seorang juara lari jarak pendek olimpiade. Dia membutuhkan waktu hitungan detik, bahkan kurang dari sepuluh detik, hanya untuk mendapatkan rekor juara.
Dari hitungan detik yang dia torehkan, ada usaha keras yang jauh sebelumnya sudah dia lakukan.