Dia melatih diri setiap hari dan itu dilakukannya berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun.
Jadi kesimpulannya, kita jangan pernah mengabaikan proses. Lakukan saja dengan sungguh-sungguh. Perkara hasilnya sesuai atau tidak, proses itu tetap ada nilai manfaatnya, percayalah.
Kedua, kita terbiasa untuk selalu ingin menjadi sempurna
Bisakah kita merancang awal sesuatu itu sempurna? Ya, jelas tidak bisalah.
Maksudnya, tidak ada sesuatu di awal yang sempurna. Seharusnya, kita tidak perlu terpaku dengan kesempurnaan. Yang kita lakukan adalah perbaiki saja kesalahannya pada saat gagal.
Jika sejak langkah awal ingin semuanya menjadi sempurna, kita tidak akan pernah siap.
Ketika persiapan itu sendiri tidak sempurna, kita menolak dan berdalih, ”Untuk apa saya lakukan ini jika tidak sempurna.”
Akhirnya, kita menunda melakukannya lagi—dan itu sikap yang buruk sekali. Jelas, ya?
Ketiga, kita selalu membandingkan diri sendiri dengan orang lain
Tidakkah kita tahu bahwa membandingkan diri dengan orang lain itu sungguh hal yang tidak tepat. Mengapa?
Sebab belum tentu kita dan orang lain tersebut memulainya dari titik yang sama. Andai pun, kita dan orang lain tersebut memulainya dari titik yang sama, hasilnya belum tentu sama. Lalu, apa yang harus kita lakukan?