Kau datang bagai cahaya,
Tampak seperti korek api.
Nyalanya kecil, hangatnya semu,
Panasnya diam-diam membakar logika
Katamu, kita jalani bersama.
Nyatanya, aku lihat cermin retak
Bayangmu sibuk memeluk diri sendiri.
Cintamu candu pahit,
tetap ku telan juga.
Katamu, cinta harus tahan banting
Dan aku, dungunya, tahan
Babak belur sambil berkata, ini biasa.
Racun yang kupekuk,
Dengan lapang dada dan mata terkatup.
Kau pukul, kau tarik,
Lalu kau bilang, semua untuk kita
Kocak?
Aku belajar memaafkan lebih cepat daripada kamu minta maaf
Diam, bisu, lesu tak berkutik,
Suara hati pun tuli, kau pelintir jadi bisikan ngeri.
Sekarang,
Tak sudi lagi aku jadi kampret.
Bukan lagi aku altar amarahmu.
Cintamu itu rusak,
Aku muak untuk mengemis padamu.
Kau racun yang katanya "kecintaan"
Kumuntahkan hari ini juga
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI