Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akidah, Bonus Demografi, dan "Basamo Mako Manjadi"

1 September 2017   18:10 Diperbarui: 2 September 2017   10:55 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artinya   :  Maka tatkala anak itu sampai (pada  umur  sanggup) berusaha  bersama-sama  Ibrahim,  Ibrahim  berkata:  "Hai  anakku sesungguhnya  aku  melihat dalam mimpi bahwa  aku  menyembelihmu. Maka  fikirkanlah  apa pendapatmu!". Ia menjawab:  "Hai  bapakku, kerjakanlah  apa  yang diperintahkan kepadamu; insya  Allah  kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (Ash-Shaaffaat, 37: 102).

Berkurban adalah lambang ketaqwaan dan kepatuhan kepada Allah. Simbol  kasih sayang dan kedekatan kepada sesama manusia. Memberikan perhatian kepada yang lain, mereka yang tidak beruntung. Dan kalau diuji, sanggup mengadapinya.  Firman Allah di dalam Al-Qurn (al-Haj, 22: 37):

"Tidak akan sampai kepada Allah daging dan darah qurban itu, melainkan yang sampai kepada-Nya ialah taqwa (kepatuhan) kamu. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.

Berkurban. 

Selanjutnya berkurban merupakan rasa syukur atas rahmat yang banyak telah diberikan Allah.

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah.

Pada sisi lain pelaksanaan korban yang kemudian diganti dengan penyembelihan bintang ternak seperti kambing, kibas, domba , biri-biri, atau sapi oleh para ahli hikmah, filsafat dan tasyri', dikatakan sebagai  lambang penyembelihan sifat-sifat hewaniah-bahimiyah dalam diri manusia. Penyembeliahan korban adalah lambang melenyapkan sifat-sifat rakus, tamak, beringas, yang kuat yang berkuasa, hukum rimba, dan sifat-sifat jalang lainnya.

Sifat-sifat hewaniyah-bahimiyah binatang buas yang  beringas, rakus, suka memakan apa saja tanpa memilih halal dan haram, mari kita ganti  dengan sifat "nasut" atau insaniyah berwujud tasammuh, toleransi atau tenggang rasa; mau berkorban untuk kebenaran dan kebersamaan, lapang dada, sabar dan tawaddhu' sehingga menjadi manusia yang shaleh. Sifat kemanusiaan atau disebut "nasut" tadi, mesti kita  disirami pula dengan sifat Tuhan  atau "lahut" yang suka memberi ampun, pemaaf, penuh kasih sayang sebagai bagian dari rahman dan rahim Allah swt.

Mari kita tauladani sikap tawakkal Ismail AS. Kita  mengambil mauizhah(pelajaran), bahwa generasi muda kita akan senantiasa  rela  mengorbankan kepentingannya bahkan dirinya bila  mereka benar-benar yakin akan  perintah dan orang yang membawa perintah tersebut untuk kebaikan dan kebenaran. Bisa dibayangkan, kalau generasi muda tidak percaya dengan kita, tentu kita yang senior akan menjadi malu. Apa yang diminta tidak dilaksanakan.

Apa yang dapat kita petik dari peristiwa ini. Rasa percaya kepada figureatau sosok yang menentukan dalam kehidupan sehari-hari seperti seorang ayah yang sekaligus melambangkan kepemimpinan adalah sesuatu yang asasi, sesuatu yang mendasar dan  amatlah prinsipil. Akan tetapi dewasa ini, rasa percaya itu pula yang amat tipis .

Kita sedang krisis dan mengalami pendangkalan kejujuran, keikhlasan dan tokoh teladan. Untuk itu mari kita keluar dari suasana itu menuju lingkungn yanag amanah, jujur, saling berbagi dengan kasih sayang.  Kita kokohkan kebersamaan,  lawanlah sifat suka  saling dongkol dan dongkel. Kebersaman tidak akan kokoh, kalau di antara kita, sebagai ayah di tengah keuarga atau pemimpin dan pejabat di masyarakat dan pemerintah, bila kita mementingkan diri dan satu kelompok saja. Tidak ada silaturahim, koordinasi dan saling nasihat-menasihati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun