Mohon tunggu...
Shofwan Karim
Shofwan Karim Mohon Tunggu... Dosen - DR. H. Shofwan Karim Elhussein, B.A., Drs., M.A.

Shofwan, lahir 12 Desember 1952, Sijunjung Sumatera Barat. Suku Melayu. Isteri Dra. Hj. Imnati Ilyas, BA., S.Pd., M.Pd., Kons. Imnati bersuku Pagar Cancang, Nagari Balai Talang, Dangung-dangung, 50 Kota Sumbar. Shofwan, sekolah SR/SD di Rantau Ikil dan Madrasah Ibtidayah al-Hidayatul Islamiyah di Sirih Sekapur, 1965. SMP, Jambi, 1968. Madrasah Aliyah/Sekolah Persiapan IAIN-UIN Imam Bonjol Padang Panjang, 1971. BA/Sarjana Muda tahun 1976 dan Drs/Sarjana Lengkap Fakultas Tarbiyah IAIN-UIN Imam Bonjol Padang,1982. MA/S2 IAIN-UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1991. DR/S3 UIN Syarif Hidayatullah-UIN Jakarta, 2008.*

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Akidah, Bonus Demografi, dan "Basamo Mako Manjadi"

1 September 2017   18:10 Diperbarui: 2 September 2017   10:55 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tugas kita sekarang tentulah bagaimana menciptakan generasi berikutnya yang memiliki karakter Nabi Ibrahim AS dan putranya Ismail AS.  Maka kalau kita kaitkan dengan pembicaraan beberapa tahun terakhir ini, soal  pembinaan karakter bangsa, tentulah hal ini amat tepat. Nabi Muhammad saw, menyebutnya Akhlaqul Karimah. Innama buisttu li utam mimma makarimal aklaq.

Pemahaman akhlakul karimah dengan dengan sopan santun, tata susila dan hormat-menghormati, harus kita sempurnakan  menjadi memiliki kreatifitas, inisiatif, innovasi, bekerja keras, disiplin, tepat janji, jujur, pintar, selalu bersikap dan berbuat benar, dan komunikatif ke atas, ke samping dan ke bawah dengan silaturrahim yang kokoh.

Masa Depan.

Bila kita bicara masa depan, kita sudah menyatakan bahwa Indonesia , termasuk provinsi kita sedang dan akan menghadapi ledakan penduduk usia muda dan produktif. Itu disebut sebagai bonus demografi. Umat Islam  paling berkepentingan dengan bonus demografi. Supaya jangan menjadi generasi yang lemah, meski jumlahnya banyak.  Allah menyatakan di dalam al-Quran, almaidah, 4: 9.

Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap [kesejahteraan] mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar. (4:9)

Di Indonesia, usia penduduk produktif ditambah usaha harapan hidup semakin tinggi,  maka jumlah generasi muda dan orang tua yang potensial sekarang semakin banyak.  Lantaran usia harapan hidup semakin tinggi, karena gizi dan kesehatan semakin membaik. Mereka berbaur antara generasi S, silent lahir 1920-1945; baby boomer lahir 1950-1970 ; generasi X lahir 1970-1990 ; dan Generasi Y atau millennial ( lahir 1990-2010).

Terutama Gen X dan Y atau G-millenial, diharapkan menjadi modal utama pembangunan Indonesia. Atau sebaliknya, menjadi musuh pembangunan karena mereka tidak kokoh, tidak kreatif menjadi wira usaha. Lebih parah lagi, menjebak diri menajdi koruptor, penyebar berita bohong atau hoax, ujaran kebencian, hate speech melalui medsos.  Lebih rusak lagi kalau menjual diri. Berhentilah menjadi mangsa narkoba,  HIV-AID, pelacuran dan LGBT. Mari mengoreksi menjadi lebih baik, cara pandang  dalam hal melaksanakan kehidupan beragama di dalam praktik hidup sehari-hari, di ruangan pribadi, keluarga dan publik.

Setiap generasi ingin generasi berikutnya lebih baik dari generasi sebelumnya. Tantangan sekarang dan ke depan, menjadi perhatian umat Islam. Dengan upaya memperkokoh akidah, ibadah, syariat kita harus mensinkronisasikan dengan kehidupan muamalah fi dduniya, the way of life atau  cara dan jalan  kita hidup sehari-hari. Islam tidak kosong dari aspek kebudayaan, sosial, ekonomi, hukum, pemerintahan dan selalu ada yang berlanjut dan sekaligus ada yang berubah .

Cara-cara kita hidup sudah berubah, bersama berkembangnya cara berfikir dan berbuat sebagai aplikasi ilmu pengetahuan, teknologi, perkembangan lingkungan dan dunia global. Di sinilah kita harus menyandingkannya dengan  mempertahankan akidah, hidup Islami dengan perkembangan moderen bahkan supra modern ini.

Kita tidak mungkin menjadi zuhud seratus persen, menyendiri dari kelap-kelip kehidupan. Untuk itu kita lakukan koreksi sekaligus melawan kemungkaran. Baik kemungkaran karena nafsu pihak lain. Atau kemungkaran akibat ilmu pengetahuan,  teknologi dan peradaban global. Di satu sisi peradaban global dapat  kita ambil manfaat.  Dengan ilmu-pengetahuan dan teknologi kehidupan dunia kita menjadi mudah. Di balik itu  ternyata ada dampak kepada kehidupan akhirat kita.  Di satu sisi ada yang merusak akidah dan keberagamaan di sisi lain ada yang dapat memperkokoh iman dan taqwa kita. Kita dapat memilih dan memilah konten dari pihak lain, atau kita dapat membuat konten yang sesuai dengan agama kita. Oleh karena itu setiap pemimpin, mubaligh, da'i, guru aktivis, harus melek literasi media dan IT untuk produktifitas hidup dan kebaikan bersama.

Bila kita belum dapat menjadi star-up IT seperti yang sebagian kecil sudah dilakukan generai muda kita, paling tidak kita ikut mengisi program, membuat konten yang relevan dan menunjang kehidupan beragama kita. Adalah suatu yang sangat mungkin apa yang dikatakan bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi itu ibarat pisau bermata dua. Yang satu mata  untuk kebaikan bila kita beragama dengan menggunakan akal dan pikiran sesuai Quran dan Sunnah  dan satu lagi bila moral kita kropos, mengalahkan  agama akidah, Iptek itu akan menjadi "blunder" dan membutakan serta menjerumuskan ke lembah nista.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun