Di tengah-tengah acara, tim pelaksana juga membuka warung kecil "Mamamarket" bagi para perempuan peserta BeYOUtiful yang ingin membelanjakan 'uang'-nya dari hasil partisipasi aktif tiap sesinya. 'Uang' berbentuk 'love' ini menjadi salah satu metode kreatif tim pelaksana untuk membangkitkan ambisi para perempuan sehingga nantinya mereka dapat membahagiakan diri dengan 'belanja' barang dan makanan ringan yang disediakan tim pelaksana. Momen memperebutkan tumbler minuman membuat ketiga mahasiswa geleng-geleng kepala. "Mamamarket" pun ludes diborong para perempuan Griya Welas Asih yang dikuasai ambisi.
Di penghujung kegiatan, BeYOUtiful bukan hanya meninggalkan canda dan tawa, tetapi juga semangat baru bagi para perempuan di Griya Welas Asih untuk melihat diri mereka dengan penuh penerimaan.
"Kami ingin bahwasanya penghuni-penghuni Griya Welas Asih untuk tetap memandang diri mereka itu masih cantik dan layak dicintai. Serta bukan memandang diri sebagai seseorang yang 'gagal', melainkan seseorang yang 'pernah gagal'. Kami juga ingin menegaskan kembali bahwasanya perempuan itu cantik bukan hanya dari penampilan, namun juga dari pikiran dan hati," Ucap Muhammad Aifa Saputra selaku anggota tim pelaksana.
Melalui BeYOUtiful, ketiga mahasiswa Psikologi UNNES sukses menunjukkan bahwa setiap perempuan berhak merasa "indah" dan "cantik"—bukan karena penilaian orang lain, melainkan karena mereka akhirnya berani menjadi 'You' yang sesungguhnya terlepas dari segala latar kisah yang pernah dilalui. Siang itu, di Griya Welas Asih, cahaya kecil kembali menyala dan memberi arti besar—bahwa setiap perempuan berhak merasa cukup, kuat, dan berharga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI