Semarang, 10 Oktober 2025—Suara tawa menggelegar terdengar dari ruang tengah di Griya Welas Asih, tempat perlindungan bagi perempuan hamil pranikah di Semarang. Sekelompok mahasiswa program studi Psikologi UNNES menghadirkan secercah harapan melalui program bertajuk BeYOUtiful. Program ini dirancang untuk membantu para perempuan di Griya Welas Asih untuk memahami nilai diri dan membangun kembali rasa percaya diri yang sempat pudar akibat tekanan sosial dan juga trauma masa lalu.
Ketiga tim pelaksana: Muhammad Aifa Saputra, Shira Alodia Rahma, dan Nisrina Ananta Noor—hadir sebagai pelukan hangat di tengah masa yang penuh stigma melalui BeYOUtiful yang mengingatkan bahwa setiap perempuan tetap cantik, berharga, dan layak dicintai apa pun latar kisahnya.
Melihat rentang usia para perempuan Griya Welas Asih yang mulai memasuki fase dewasa awal, maka mengacu pada teori perkembangan psikososial oleh Erik Erikson, para perempuan tersebut tengah memasuki tahap "intimacy vs isolation" yang artinya individu harus mampu membangun hubungan intim yang sehat, penuh komitmen, dan kepercayaan. Sementara itu, kondisi dan kisah lama mereka berpotensi menghambat pencapaian tugas perkembangan pada tahap ini, yakni membangun keintiman. Sebab perempuan lebih rentan mengalami 'isolation' oleh adanya perasaan takut ditolak dan kehilangan rasa percaya diri, maka BeYOUtiful diciptakan untuk membantu para perempuan Griya Welas Asih untuk mengatasi hal tersebut.
BeYOUtiful dirancang menjadi lima sesi yang mengedepankan edukasi berbasis permainan yang juga mempererat bonding antar perempuan di Griya Welas Asih. Kelima sesi ini dibangun berdasarkan pendekatan psikologi dengan berlandaskan teori self-esteem oleh Coopersmith. Melalui aspek-aspek self-esteem: keberartian, kemampuan, kebajikan, dan kekuasaan—melahirkan lima sesi BeYOUtiful: Selfie (Self-Esteem for Me), VoC (Voice Circle), TWS (Together We Stand), MoM (Map of Me), dan T.T (Trust & Trick).
Selama kurang lebih tiga jam di Jumat pagi, 10 Oktober 2025, mahasiswa Psikologi UNNES membuka BeYOUtiful dengan memberikan pemaparan sederhana mengenai konsep self-esteem serta strategi peningkatannya melalui sesi pertama, yakni Selfie (Self-Esteem for Me). Kemudian dilanjutkan ke sesi berikutnya, VoC (Voice Circle), yang memberikan ruang aman dan bebas bagi para perempuan di Griya Welas Asih untuk dapat secara langsung menyampaikan afirmasi positif kepada teman di sebelahnya dengan tujuan menumbuhkan rasa keberartian—yakni dihargai dan diterima.
TWS (Together We Stand) mendampingi para perempuan untuk meningkatkan kemampuan melalui tantangan kecil, yakni menyusun kartu UNO membentuk suatu piramida tiga tingkat. Dari mini game ini, para perempuan didorong untuk menyelesaikan tantangan dengan usaha dan strategi kelompok, dan bukan hanya tentang hasil akhir. Selanjutnya, acara memasuki sesi MoM (Map of Me), dengan memanfaatkan platform "Zep Quiz" yang memberikan 12 pertanyaan sederhana mengenai moral baik sebagai calon ibu, bertujuan agar para perempuan memahami pentingnya nilai moral dengan harga diri.Â
Last but not least, BeYOUtiful ditutup dengan sesi T.T (Trust & Trick), yang menjadi sesi permainan paling seru dan menghebohkan seisi rumah Griya Welas Asih. Di sini, para perempuan diajak untuk menguji 'kekuatan' mereka melalui keteguhan dalam membela diri dan juga memengaruhi orang lain dalam permainan pengundang amarah—Wolvesville: werewolves vs villagers.
"Acara ini seru banget, nggak kaya acara kakak-kakak yang kemarin ke sini, itu ngantuk banget. Besok ke sini lagi, nggak, Kak?" Ujar salah satu perempuan Griya Welas Asih dengan antusias, dan disetujui oleh temannya yang lain. Review jujur itu lantas membuat tim pelaksana tersenyum puas dan hati meluluh.
Di tengah-tengah acara, tim pelaksana juga membuka warung kecil "Mamamarket" bagi para perempuan peserta BeYOUtiful yang ingin membelanjakan 'uang'-nya dari hasil partisipasi aktif tiap sesinya. 'Uang' berbentuk 'love' ini menjadi salah satu metode kreatif tim pelaksana untuk membangkitkan ambisi para perempuan sehingga nantinya mereka dapat membahagiakan diri dengan 'belanja' barang dan makanan ringan yang disediakan tim pelaksana. Momen memperebutkan tumbler minuman membuat ketiga mahasiswa geleng-geleng kepala. "Mamamarket" pun ludes diborong para perempuan Griya Welas Asih yang dikuasai ambisi.
Di penghujung kegiatan, BeYOUtiful bukan hanya meninggalkan canda dan tawa, tetapi juga semangat baru bagi para perempuan di Griya Welas Asih untuk melihat diri mereka dengan penuh penerimaan.
"Kami ingin bahwasanya penghuni-penghuni Griya Welas Asih untuk tetap memandang diri mereka itu masih cantik dan layak dicintai. Serta bukan memandang diri sebagai seseorang yang 'gagal', melainkan seseorang yang 'pernah gagal'. Kami juga ingin menegaskan kembali bahwasanya perempuan itu cantik bukan hanya dari penampilan, namun juga dari pikiran dan hati," Ucap Muhammad Aifa Saputra selaku anggota tim pelaksana.
Melalui BeYOUtiful, ketiga mahasiswa Psikologi UNNES sukses menunjukkan bahwa setiap perempuan berhak merasa "indah" dan "cantik"—bukan karena penilaian orang lain, melainkan karena mereka akhirnya berani menjadi 'You' yang sesungguhnya terlepas dari segala latar kisah yang pernah dilalui. Siang itu, di Griya Welas Asih, cahaya kecil kembali menyala dan memberi arti besar—bahwa setiap perempuan berhak merasa cukup, kuat, dan berharga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI