Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cerber: Anugerah, Bukan Kutukan - Part 4

5 September 2021   14:36 Diperbarui: 5 September 2021   14:42 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Molly tiba-tiba merasa lelah. Sudah cukup kejutan yang ia dapatkan untuk hari ini. Ia tidak heran lagi kalau mendadak masih ada surat wasiat lain di luar sana.

"Jadi kita tidak bisa menjual rumah ini dan kau tidak akan pergi pula," kata Molly pada Ari. Ari mengangkat bahunya.

"Begitulah."

"Aku tidak akan angkat kaki," Molly menegaskan. "Selain masalah warisan itu, aku yakin aku harus mencari tahu apa yang ada di balik alasanmu tinggal di sini. Kau tidak ingin mengatakannya padaku sekarang, tidak mengapa. Aku bisa menemukannya sendiri." Molly mencoba tidak mengacuhkan pandangan cemas yang dilemparkan Ari pada Anton. Hal itu bahkan semakin meyakinkannya betapa serius masalah itu.

Ari menghela napas dalam-dalam. "Baiklah. Silakan saja. Dan aku akan memastikan kau tidak akan menemukan apa-apa."

Dengan wajah cemberut Molly menatap Ari.

"Kukira kau bisa tidur di kamar utama," lanjut Ari seperti Molly tidak baru saja mengatakan sesuatu. "Kau lihat sendiri betapa besar rumah ini. Kita tidak perlu berpapasan kalau kau tidak mau. Kamar mandi ada di dalam kamar dan kita bisa makan di saat yang berbeda kalau perlu. Apa kau bekerja, atau masih kuliah?"

"Molly kerja di Bank Nusantara sebagai teller," jelas Anton.

"O ya?" Ari memperhatikannya dengan seksama, membuat Molly merasa risih. "Kupikir kau masih kuliah, atau bahkan belum lulus SMA."

Molly tersipu-sipu mengetahui apa arti kata-kata Ari barusan. Ia sedang merayunya atau apa?

"Kau sendiri?" tanya Molly. "Apakah kau bekerja? Di mana?" Ari sendiri tidak begitu berbeda dengannya. Mungkin 25 atau lebih sedikit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun