Mohon tunggu...
Shinta Harini
Shinta Harini Mohon Tunggu... Penulis - From outside looking in

Pengajar dan penulis materi pengajaran Bahasa Inggris di LIA. A published author under a pseudonym.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Anugerah, Bukan Kutukan - Sinopsis dan Part 1

15 Agustus 2021   05:38 Diperbarui: 29 Agustus 2021   16:47 575
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anugerah, Bukan Kutukan (Sumber: Pixabay)

Molly mendorong pintu pagar lebih lebar dan menarik kopornya masuk. Tas punggungnya mulai terasa berat dan menggigit di bahu kirinya ketika akhirnya ia tiba di pintu depan. Molly terhenyak memandang sepasang pintu kayu berukir yang menjulang di hadapannya. Ia merasa seperti seorang hobbit di film tentang cincin itu dan mulutnya gatal ingin mengucapkan, "Mellon!"

Pintu megah itu tidak akan terbuka dengan cara seperti itu tentunya sehingga Molly memilah sejumlah kunci di tangannya dan menerka dalam hati yang mana kiranya kunci yang benar. Mungkin ia harus mencoba satu demi satu.

Namun baru saja ia mengangkat tangannya dengan kunci pertama tergenggam erat di jarinya ketika tiba-tiba ia mendengar sesuatu -- seperti suara kunci diputar -- dan pintu itu mulai terbuka. Dengan ternganga Molly menyaksikan semuanya. Ia merasa pasti ia batal mengucapkan Mellon tadi. Dan kalau pintu yang terbuka tiba-tiba tidak cukup untuk membuatnya terpana, seorang laki-laki bertelanjang dada yang mendadak muncul dari balik pintu itu pasti akan sangat membantu.

"Aa..." Bidang kerja Molly yang membuatnya berhadapan banyak orang serasa sia-sia pada saat itu. Molly tidak pernah merasa seperti ini ketika berhadapan dengan orang yang tidak dikenal. Lidahnya mendadak kelu dan lututnya lemas bagaikan tak bertulang. Sepasang mata bulat kecoklatan, hidung yang menusuk tajam, dan bibir kemerahan layaknya milik seorang gadis. Molly belum pernah melihat sesosok manusia sesempurna in dengan tubuh dan wajah itu. Laki-laki ini tidak tampan melainkan... indah. Ya, itu kata yang tepat untuknya. Molly melihat bibir itu bergerak tetapi ia tidak mendengar apa yang ia katakan.

"Maaf?" tanyanya dengan suara serak.

"Kau siapa?" tanya laki-laki itu dingin.

Dalam gugupnya Molly hanya mampu mengulang pertanyaan yang sama, kali ini suaranya berubah menjadi seperti sedang terjepit pintu. Laki-laki itu mengerutkan keningnya.

"Aku bertanya lebih dahulu."

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun